18.799 Pengungsi Diserang Penyakit

Sumber:Kompas - 08 Februari 2007
Kategori:Sanitasi
Jakarta, kompas - Semakin buruknya sanitasi di tempat-tempat pengungsian korban banjir di Jakarta menyebabkan 18.799 pengungsi, Rabu (7/2), sakit. Dalam dua hari ini, jumlah pengungsi yang sakit 27.381 orang. Saat ini jumlah pengungsi 316.825 orang yang tersebar di berbagai tempat dengan kondisi memprihatinkan.

Sebagian besar pengungsi menderita diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan penyakit kulit.

Di tempat pengungsian Karet Tengsin, Jakarta Pusat, lantai terlihat kotor dan becek. Tempat untuk tidur para pengungsi pun tidak bisa ditutup rapat pada malam hari sehingga banyak pengungsi terserang ISPA dan diare.

Husni, salah satu pengurus di tempat pengungsian di Karet Tengsin, menyebutkan bahwa anak-anak juga mulai terserang penyakit kulit akibat terlalu lama bermain air. Para pengungsi yang sakit itu dirawat di posko kesehatan yang didirikan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Di setiap posko kesehatan di Jakarta Utara yang terdapat di 22 lokasi, misalnya, masing-masing merawat rata-rata 100 pasien per hari. Jumlah itu belum termasuk yang ditangani Palang Merah Indonesia (PMI) serta pelayanan keliling menggunakan mobil.

Putri Handayani (6), anak pasangan Wastina (35) dan Purwadi (40), yang mengungsi ke Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara, sudah tiga hari ini berobat, tetapi belum membaik. Putri merupakan satu dari sekitar 100 pasien yang dirawat di pos kesehatan 24 jam di SMP Negeri 112, Tugu Selatan.

Anak-anak dan orang lanjut usia adalah pengungsi yang paling banyak menderita sakit. Di lokasi penampungan di Stadion Rawa Badak, Koja, dan GOR Yos Sudarso, Tanjung Priok, Jakarta Utara, belasan anak dan orang lanjut usia menderita sakit batuk pilek, asma, flu, gatal-gatal, dan muntah berak.

Kepala Markas PMI Cabang Jakarta Utara Dasril mengemukakan, pengungsi yang jatuh sakit atau terganggu kesehatannya terus bertambah. Di markasnya, setiap hari petugas mengobati paling sedikit 50 pasien.

Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Utara Paripurna Harimuda mengakui, banyak orang jatuh sakit di tempat pengungsian. "Kami mempunyai 22 posko kesehatan, belum termasuk 10 pos pelayanan keliling menggunakan perahu karet. Setiap posko melayani sekitar 100 pasien per hari," katanya.

Dengan demikian, untuk 22 posko kesehatan saja, sudah ada 2.200 pasien per hari yang dilayani.

Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Salimar Salim mengatakan, selain ketiga penyakit itu, para pengungsi masih terancam penyakit chikungunya, leptospirosis (kencing tikus), influensa, demam berdarah dengue (DBD), dan tifus.

Para pengungsi yang sakit dirawat di 224 posko kesehatan yang didirikan dinas kesehatan di berbagai tempat pengungsian. Jika penyakit yang dialami pengungsi sudah kronis, ujar Salimar, mereka akan segera dirujuk berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat, secara gratis.

Pengobatan gratis

"Dinas kesehatan menggratiskan biaya obat-obatan, perawatan, dan ambulan bagi pengungsi. Terdapat 130 pasien diare dirawat di rumah sakit (RS), karena sudah akut," kata Salimar

Pembebasan biaya kesehatan untuk para pengungsi banjir akan dilakukan di 80 RS. Para pasien hanya perlu menunjukkan surat rujukan dari pengurus pengungsian atau ketua RT setempat.

Salimar mengatakan, jumlah pengungsi yang jatuh sakit akan semakin bertambah jika para pengurus pengungsian tidak memperbaiki sanitasi.

Di lokasi pengungsian di Kelurahan Petogogan, Jakarta Selatan misalnya, satu mobil toilet tidak berfungsi karena mampet. Tampak kotoran menggenangi lubang toilet sehingga pengungsi enggan mendekati tempat yang sudah sangat berbau itu.

"Saya sempat masuk. Pas keluar mau muntah. Terpaksa cari tempat lain, bengkel atau mana saja," ujar Fitri (28), pengungsi.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Baruna mengatakan, petugas Dinas Kebersihan sebenarnya telah menyedot toilet tiap hari. Namun, karena banyaknya pengungsi mobil toilet selalu penuh.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Eko Baruna mengatakan, sebanyak 25 toilet umum semi permanen akan segera dibangun di sejumlah lokasi pengungsian. Hal itu menyusul banyaknya pengungsi yang mengeluh kesulitan buang air besar, selama di tempat pengungsian.

"Terutama di lokasi yang jumlah pengungsinya banyak, misalnya di Kantor Camat Kalideres. Nantinya bisa untuk menampung 3.000 pengungsi di setiap titik," ujar Eko.

Di Depok, pengungsi juga banyak yang diserang penyakit. Salah seorang di antaranya adalah Imas, nenek berusia 110 tahun yang kena diare dan sesak nafas. "Ibu sulit tidur dan diare," kata Mardiah (75) putri sulungnya.

Pantauan Kompas di wilayah Teluk Gong, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu, menunjukkan, wilayah itu kotor oleh sampah yang bercampur air kotor. Sementara warga sendiri belum memiliki kesempatan membersihkan rumah.

Di posko kesehatan Teluk Gong, sekitar 30 persen dari sekitar 300 warga yang berobat, didiagnosa menderita ISPA dan hipertensi. "Warga banyak yang menunggu datangnya bantuan logistik dan kesehatan yang lambat. Selain itu, warga juga sudah kelelahan menanti redanya banjir. Muncullah hipertensi itu," kata Budi Santoso, dokter di posko kesehatan RS PGI Cikini, di tepi Kalijodo, Teluk Gong.

Budi mengingatkan, penyakit yang akan muncul pasca banjir, di antaranya diare dan demam berdarah dengue (DBD). Lingkungan yang terendam banjir, sudah bisa dipastikan memiliki sanitasi yang buruk.

Rabu kemarin, di dua posko kesehatan pengungsi di Tanggul Kali Banjir Kanal Barat, Kelurahan Jati Pulo, Kecamatan Palmerah, sejumlah dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengobati lebih dari 400 anak balita penderita diare. Beberapa dokter lainnya di SMP 264, Rawa Buaya, Cengkareng, mengobati hampir 100 pasien. "Terbanyak memang Balita yang terserang diare," ungkap Vinna Pradevie, salah seorang dokter.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Aryani Mukti, mengingatkan, sejak banjir Jumat lalu sudah 20 Balita yang terserang diare, dan harus dirawat di rumah sakit.(eca)



Post Date : 08 Februari 2007