Jabar Dukung Pembangunan Great Sea Wall

Sumber:inilah.com - 5 Oktober 2014
Kategori:Air Minum
Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta mengalami permasalahan serius mengenai banjir dan kebutuhan air tanah. Karena itu, Jawa Barat yang merupakan salah satu provinsi terdekat, siap mendukung penananganan permasalahan tersebut.

Hal ini diungkap Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan usai mengikuti rapat koordinasi proyek pembangunan NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) bersama Menkoperekonomian, Chairul Tanjung di Gedung AA Maramis kemarin.

Heryawan menilai langkah tersebut sebagai upaya konkrit dalam penanganan banjir yang selama ini menjadi permasalahan tahunan bagi Ibu Kota Negara ini.

“Karena dengan cara itulah Jakarta akan terbebas dari banjir. Dan air akan dikelola dengan baik. Air yang biasanya menjadi menjadikan Jakarta banjir, menjadi air yang dimaksukan kedalam danau besar, kemudian dimanfaatkan untuk air minum. Jadi inikan mengolah bencana menjadi berkah,” ujar Aher .

Akan tetapi menurut Aher , peran Jawa Barat yang paling penting adalah dalam hal mengelola air sungai di daerah hulu yang nantinya banyak bermuara ke daerah DKI Jakarta. Yaitu dengan dengan mengurangi polusi dan sedimentasi yang selama ini banyak terjadi.

Sehingga, pria yang akrab disapa Aher ini menuturkan, ketika akan diolah menjadi air bersih atau air minum, pengelolaanya tidak akan terlalu berat. Dan fokus pembangunan Jawa Barat akan lebih pada pembangunan Kultur masyarakat menjaga kebersihan sungai.

“Tetapi dalam pembangunan tanggul raksasa itu, tentu peran Jawa Barat, lebih pada peran hulu. Bagaimanapun air minum yang di hilir nanti yang dikirim dari hulu itu kan harus air minum yang bersih. Nah selama ini air yang dikirim dari hulu ke hilir, kan airnya sudah kotor. Kita bertugas menghadirkan air bersih atau air yang relatif sudah bersih, sehingga nanti kalau mau diolah jadi air bersih, air minum, pengolahannya tidak terlalu berat," ujar Aher.

Caranya, lanjut Aher, adalah tentu sungai-sungai yang mengalir di jawa barat tidak bersendimintasi, tidak dangkal. "Supaya tidak dangkal berarti sedimintasinya harus diselesaikan dengan cara menghadirkan konservasi perhijauan dikawasan hulu. Sedangkan dengan penghijauan dikawasan hulu, berarti sedimintasi tidak ada atau berkurang. Dan kemudian sungai menjadi normal,” papar Aher.

Rencana pembanguan bendungan ini merupakan tahap awal dari rencana besar pemerintah, yaitu yang disebut dengan Great Garuda yang diperkirakan selesai tahun 2030. Proyek ini diperkirakan akan memakan biaya sekitar Rp 400-500 triliun.


Post Date : 06 Oktober 2014