BNPB Siapkan Rp2 Miliar Atasi Kelangkaan Air Di DIY

Sumber:bisnis.com - 4 November 2014
Kategori:Air Minum
Sebanyak Rp2 mliar dana siap pakai Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah diturunkan untuk mengatasi kelangkaan air di sejumlah daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta akibat musim kemarau berkepanjangan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi mengatakan dana siap pakai tersebut diturunkan untuk tiga kabupaten yang mengeluarkan pernyataan darurat kekeringan, antara lain Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo.

"Dana siap pakai kami gunakan untuk tiga kabupaten ini. Nilainya saat ini sudah turun Rp2 miliar. Ini sudah turun dan sudah kita lakukan langkah-langkah," ujarnya saat dihubungi Harian Jogja, Selasa (4/11/2014). 

Beberapa langkah yang telah dilakukan, ujarnya, antara lain pendistribusian air bersih, penyempurnaan kondisi sejumlah empung sebagai cadangan air, serta pembangunan jaringan untuk mendekatkan air kepada masyarakat.

"Kami sudah dorong. Untuk pendistribusian air diserahkan kepada kabupaten. Untuk yang lainnya dengan pihak ketiga," katanya. 

Dia mengemukakan masih ada kelebihan dana siap pakai sebesar Rp1,89 miliar yang siap digunakan untuk langkah lanjutan penanggulangan kekeringan apabila hal itu diperlukan.

"Batas waktu Siaga Kekeringan ini sampai dengan Desember 2014. Sebetulnya dana siap pakai untuk sampai Desember nanti Rp3,89 miliar.  Kami turunkan Rp2 miliar dulu apakah itu cukup . Sisanya dapat kita gunakan."

Gatot mengatakan status siaga kekeringan di sejumlah tempat di DIY telah menjadi pantauan dan prioritas kerja BPBD. Secara keseluruhan, ujarnya, terdapat 25 kecamatan yang tersebar di tiga kabupaten.

"Dengan Gubernur mengeluarkan pernyataan darurat kekeringan, artinya itu menjadi pantauan dan target kami untuk segera melakukan langkah-langkah kongkret di lapangan. Sampai pertengahan Desember kami akan optimal melakukan koordinasi, pemantauan, dan langkah-langkah untuk atasi kekeringan," katanya.

Hingga saat ini, ujarnya, langkah penanggulangan bencana kekeringan tersebut diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti untuk air minum dan kebutuhan dasar lainnya. 

Pihaknya belum berencana mengarahkan bantuan penanggulangan bencana kekeringan untuk keperluan lainnya seperti pertanian, peternakan, dan lain-lain. Pasalnya, ujarnya, hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi dampak kekeringan terhadap pertanian.

"Kami selalu koordinasi. Sampai saat ini saya belum dapat informasi mengenai dampak ke pertanian. Pola panen dan pola tanam belum berubah sehingga kami menilai itu belum prioritas untuk ditangani."

Lebih lanjut ia berharap bencana kekeringan tidak meluas mengingat tidak lama lagi DIY akan memasuki musim penghujan. "Saya juga berharap musim hujan yang akan datang tidak ekstrim sehingga tidak berubah lagi bencananya menjadi bencana banjir."

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY memperkirakan wilayah DIY akan memasuki musim penghujan secara bertahap mulai bulan ini, November 2014. 

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG DIY Toni Agus Wijaya mengatakan hujan di wilayah DIY tidak akan turun secara bersamaan, melainkan bertahap dari wilayah bagian utara hingga wilayah bagian selatan.

Dia memperkirakan hujan akan turun terlebih dahulu di wilayah utara dengan intensitas rendah kemudian bergerak ke pusat kota sekitar pertengahan bulan dan akhirnya menyentuh daerah selatan DIY pada akhir bulan.

Hal itu lantaran perbedaan ketinggian lahan topografi wilayah setempat yang terdiri atas area pegunungan di utara hingga daerah daratan rendah dan pantai di wilayah selatan.

“Di bagian utara, faktor pengumpulan uap air terjadi lebih dulu terjadi dibandingkan selatan, maka yang utara ini masuk musim hujan juga lebih dulu. Diperkirakan nanti pada akhir bulan seluruh wilayah DIY akan turun hujan,” katanya.

Menurut Toni, jadwal daerah ini saat masuk musim penghujan mengalami kemunduran hingga 20 hari dari seharusnya lantaran pola angin yang bertiup di kawasan Indonesia masih berasal dari arah timur ke arah barat.

“Jika pola angin sudah berubah, dari barat ke timur, dia membawa banyak uap air sehingga kita memasuki musim hujan,” katanya.


Post Date : 05 November 2014