Lindungi Karst, Selamatkan Kehidupan

Sumber:Kompas - 21 November 2013
Kategori:Lingkungan
DI dalam perut bumi di bawah Pegunungan Sewu tersimpan sumber kehidupan berupa mata air dan sungai bawah tanah. Warga Giriwoyo yang tinggal turun-temurun di salah satu penggalan deretan pegunungan ini bertekad mempertahankan lingkungan itu dari eksplorasi tambang demi kelestarian wilayah itu.

Sejak mengetahui daerahnya akan dibangun pabrik semen dan eksplorasi batu gamping sebagai bahan baku semen, warga di Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, melancarkan penolakan. Mereka menggelar demonstrasi dan memasang spanduk penolakan di depan rumah warga bertuliskan ”Tolak Penambangan”.

Alasan penolakan antara lain pabrik itu akan merusak lingkungan. Meski hidup di perbukitan karst yang terkesan gersang, warga merasa hidup cukup sejahtera. Mereka punya lahan yang bisa ditanami padi dan palawija. Mereka juga bisa beternak, seperti sapi, kambing, dan ayam. Belum lagi, pohon-pohon jati yang ditanam di Pegunungan Seribu menjadi ”tabungan” jika mereka membutuhkan dana besar. Harga satu batang pohon jati berusia 15 tahun berkisar Rp 9 juta-Rp 22 juta sesuai diameter dan mutu pohon. Setiap keluarga umumnya memiliki lahan 2-3 hektar.

”Memang tidak bisa dikatakan satu per satu warga peduli lingkungan, tetapi sebagian besar warga sudah merasakan ketenteraman dan kenyamanan hidup seperti ini. Kami ingin anak-cucu ikut menikmati yang kami rasakan selama ini,” kata Edi Ariyanto, koordinator warga Dusun Darmosito, Desa Girikikis, Giriwoyo, beberapa waktu lalu.

Tokoh masyarakat Desa Tirtosworo, Djiyoto, mencatat, ada 53 mata air di tiga desa itu yang menyuplai kebutuhan sebagian kecamatan ini. Belum lagi sungai bawah tanah yang debitnya diperkirakan sangat besar, salah satunya di Guwo Karang Pulut yang kedalamannya 8 meter. Giriwoyo menjadi hulu sungai-sungai permukaan yang mengalir ke Waduk Wonogiri dan sungai bawah tanah yang bermuara ke pantai selatan.

Kerusakan di perbukitan karst di Giriwoyo akan berdampak besar terhadap keberadaan sungai-sungai itu yang jadi sumber kehidupan bagi lingkungan sekitar. Perbukitan karst Giriwoyo dan Giritontro yang akan dijadikan lahan eksplorasi tambang termasuk dalam jajaran Pegunungan Sewu, yang membentang dari Pacitan, Jawa Timur; Wonogiri, Jawa Tengah; hingga Gunung Kidul, DI Yogyakarta.

Namun, perjuangan warga justru berhadapan dengan Pemkab Wonogiri yang telah menerbitkan izin usaha pertambangan eksplorasi seluas 10.057 hektar untuk PT Ultratech Mining Indonesia. Pemkab mengejar dana bagi hasil 25 persen dari hasil tambang jika produksi berjalan. ”Tidak semua gamping itu karst,” kata Kepala Bidang Geologi Air Tanah dan Energi Dinas Pengairan, Energi, dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Wonogiri Eko Septaningsih.

Ahli hidrologi karst dari Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Tjahyo Nugroho Adji, menegaskan, karst jadi tempat penyimpan air sebelum mengalir ke laut. Penambangan karst merusak lingkungan, termasuk jika di dekatnya ada mata air dan sungai bawah tanah. ”Sekarang bergantung pe (eki)mda, apakah lebih condong pada pelestarian lingkungan atau eksploitasi ekonomi,” kata Adji.

Post Date : 21 November 2013