Tinja Dibungkus Plastik, lalu Dibuang di Semak-semak

Sumber:Suara Merdeka - 08 April 2014
Kategori:Sanitasi
DI tengah hiruk pikuk kemajuan pembangunan Kota Semarang serta janji-janji para calon legislatif (Caleg) jelang Pemilu 2014, ternyata ada sekolompok warga yang hidup dengan segala keterbatasan, bahkan nyaris tak tersentuh modernitas. Meski hidup di tengah kota, tepatnya di RT 1 RW II Kelurahan Tambakharjo Kecamatan Semarang Barat (lokasinya berbatasan langsung dengan tembok perumahan elit Graha Padma, Kecamatan Semarang Barat), sekitar 20 kepala keluarga itu bertahan hidup dengan kondisi memprihatinkan.

Selain rumah reot untuk tempat tinggal, tujuh rumah di kawasan itu tak memiliki water closet (WC). Untuk membuang hajat, warga yang tak memiliki WC biasanya melakukan “ritual” di belakang rumah. Selanjutnya kotoran ditaruh di dalam plastik untuk kemudian dibuang di semak-semak dekat pemukiman. “Lha bagaimana lagi, kami tidak memiliki WC. Biasanya kami juga buang hajat di semak-semak,” kata Sri salah satu warga.

Hal itu dibenarkan oleh Fajar, istri Ketua RT 1 RW II. Banyak warganya yang belum memiliki WC pribadi, alasannya karena keterbatasan penghasilan sehingga tak mampu membangun WC. Kebanyakan dari warganya berprofesi sebagai buruh serabutan dan pemulung.

Tidak Pernah Ditinjau

“Pihak kelurahan juga tak pernah meninjau kami langsung. Kami terpaksa hidup seadanya,” tegasnya.

Di kampung itu, kondisi kehidupan warga memang memprihatinkan. Sanitasi yang buruk membuat kesehatan anak-anak di kawasan itu terancam penyakit. Ironisnya, kampung kumuh tersebut berada tepat di sebalah barat  perumahan elite Graha Padma. Ketimpangan sosial itu nampak jelas ketika Suara Merdeka datang ke lokasi.

Dikonfirmasi, Umi Qolsum pejabat Puskesmas Lebdosari Kecamatan Semarang Barat mengakui, pola hidup tak sehat bisa membahayakan warga. “Mereka rentan terhadap serangan penyakit. Apalagi kehidupan mereka tidak sehat dengan lingkungan kotor,” katanya ketika meninjau kondisi warga di RT 1 RW II Kelurahan Tambakharjo, Senin (7/4).

Kondisi memprihatinkan ini menggetarkan hati Agus S Winarto, pengusaha sekaligus Ketua PABBSI Jateng. Dengan uang pribadi, Senin (7/4) dirinya datang ke lokasi dan siap membantu warga untuk pembangunan WC serta saluran air. ’’Kalau ada yang membangunkan jamban, biasanya jamban umum. Kalau jamban umum, menurut saya repot perawatannya karena digunakan bersama-sama,’’ jelasnya. (Lanang Wibisono-91)

Post Date : 08 April 2014