Agar Banjir Tidak Berulang

Sumber:Kompas - 15 Januari 2014
Kategori:Banjir di Jakarta
BANJIR yang kembali menyambangi Jakarta sejak hari Minggu (12/1) malam hingga Senin (13/1) seperti mengulang cerita sama di Ibu Kota.

Setiap tiba musim hujan, warga Jakarta harap-harap cemas. Meskipun peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut puncak musim hujan diperkirakan terjadi akhir Januari, hujan deras hari Minggu lalu menyebabkan banjir datang lebih awal.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah banyak berupaya. Kali-kali kecil, termasuk saluran penghubung, sebanyak 884 buah dan waduk dibersihkan dari sampah. Para pemukim di sepanjang bantaran sungai dan waduk bertahap dipindahkan ke rumah susun agar sungai dan waduk dapat dinormalkan fungsinya. Kenyataannya, saat ini kerja tersebut belum cukup. Banjir di Jakarta, seperti juga di banyak tempat lain, disebabkan berbagai faktor. Mulai dari cuaca, perilaku masyarakat, hingga kebijakan pemerintah.

Cuaca di Jakarta dipengaruhi iklim global, termasuk perubahan iklim. Badai dingin di Kanada dan Amerika Utara telah bergerak ke Asia dan akan memengaruhi terbentuknya awan hujan di bagian barat Indonesia, termasuk Jakarta. Perilaku masyarakat sangat besar pengaruhnya. Pendirian bangunan yang berizin maupun tidak berizin di bantaran sungai menyebabkan lebar sungai menyusut. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan selokan masih dilakukan warga Jakarta meski tahu sampah menyumbat badan air dan menyebabkan banjir.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentu tidak dapat bekerja sendirian. Kerja sama dengan Pemprov Jawa Barat dan Banten perlu diintensifkan. Daerah aliran sungai yang bermuara di Jakarta berada di provinsi tetangga. Perlu solusi konkret mengatasi kerusakan daerah aliran sungai (DAS) di hulu. Termasuk, wacana manfaat bagi penduduk sekitar DAS yang memelihara lingkungan, sementara manfaatnya dirasakan warga di tempat lain.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum berperan menangani 13 sungai besar di Jakarta. Proyek sodetan antara Sungai Ciliwung dan Kanal Banjir Timur serta normalisasi Sungai Ciliwung dimulai 23 Desember lalu setelah Pemprov DKI menyanggupi pembebasan tanah. Jika selesai empat tahun lagi, diharapkan banjir akibat luapan Ciliwung akan banyak berkurang.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berulang kali mengatakan, permasalahan dan solusi banjir Jakarta sudah jelas. Yang diperlukan adalah ketekunan, dan kesabaran karena butuh waktu. Yang juga dituntut dari Gubernur DKI dan wakilnya adalah pengawasan agar semua pihak mematuhi rencana tata ruang wilayah.

Gubernur Joko Widodo dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, perlu menggunakan popularitas mereka untuk tak bosan mengajak masyarakat mengubah perilaku. Tanpa dukungan masyarakat Jakarta dan provinsi tetangga, warga Ibu Kota akan terus mengulang cerita lama setiap kali musim hujan tiba.


Post Date : 15 Januari 2014