Kurangnya Air Bersih Hambat Pencegahan Diare

Sumber:Kompas - 24 Oktober 2013
Kategori:Sanitasi
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 73 persen dari 305.000 warga Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, tak punya akses cukup pada air bersih. Akibatnya, kebersihan diri dan lingkungan tidak terjaga sehingga mudah terserang penyakit, termasuk diare.

Diare bisa mengakibatkan kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Pada anak di bawah usia lima tahun (balita), kondisi itu bisa membawa kematian. Cara sederhana mencegah diare adalah cuci tangan sebelum makan dan sesudah memegang kotoran.

”Kami selalu mengampanyekan agar masyarakat menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan karena masyarakat sulit mendapatkan air bersih. Kasus diare pun tidak dapat dihindari,” kata Bupati Kupang Ayub Titu Eki seusai konferensi pers ”Lifebuoy Bantu Anak NTT Capai Usia 5 Tahun” di Jakarta, Rabu (23/10).

Ayub mengatakan, dari 81.000 keluarga yang tersebar di 160 desa dan 17 kelurahan, hanya 27 persen yang terpenuhi kebutuhan air bersih secara layak. Akibatnya, dua pertiga dari 100 anak balita meninggal setiap tahun akibat diare.

Berdasarkan data Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef), 150.000 anak balita di Indonesia meninggal setiap tahun. Dari jumlah itu, diperkirakan 25.000 anak meninggal karena diare.

Menurut Ayub, kondisi wilayah Kabupaten Kupang yang berbukit dan rumah penduduk yang berjauhan menjadi kendala dalam pengadaan akses air bersih.

Ayub menambahkan, tingginya angka kematian bayi juga disebabkan kurangnya tenaga medis di desa-desa.

Menanggapi kurangnya tenaga medis, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Lily S Sulistyowati mengatakan, pemerintah pusat terus berupaya mendistribusikan tenaga kesehatan ke daerah melalui program dokter pegawai tidak tetap.

Menurut Lily, kurangnya tenaga kesehatan turut menyumbang tinggi angka kematian anak balita. ”Itu menjadi rapor merah kami,” ujar Lily.

Berdasarkan data Kemenkes, dari 1.700 kuota kebutuhan dokter umum dan dokter gigi PTT di daerah terpencil tahun ini, baru 1.200 formasi yang terpenuhi (Kompas, 24/8). Catatan Ikatan Dokter Indonesia, dari 109.000 dokter di Indonesia, sekitar 50 persen bekerja di Pulau Jawa dan hanya 5 persen bekerja di Indonesia bagian timur. (K07)

Post Date : 24 Oktober 2013