Berkat Asuransi Sampah, Bertemu Pangeran Charles

Sumber:Kompas - 03 Februari 2014
Kategori:Kisah Sukses
GAMAL Albinsaid (24), dokter muda lulusan Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, tidak menyangka. Hanya gara-gara mengurus kesehatan warga melalui asuransi sampah, dia mendapat penghargaan bergengsi HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur dari Kerajaan Inggris yang diserahkan langsung oleh Pangeran Charles.

Gamal dinilai memberikan inspirasi luar biasa kepada warga dunia soal menangani sampah sekaligus kesehatan warga miskin. Untuk dedikasinya ini, Gamal menerima hadiah 50.000 euro atau sekitar Rp 800 juta dalam bentuk dukungan finansial dan paket mentoring dari Universitas Cambridge, Inggris.

Gamal berhasil menyisihkan 511 unggulan wirausaha sosial lainnya yang berasal dari 90 negara. Sebelum Gamal terpilih, ada tujuh finalis Unilever Sustainable Living Award di seluruh dunia. Mereka adalah Anu Sridharan dari India, Blessing Mene dari Nigeria, Surya Karki dari Nepal, Isabel Medem dari Peru, Curt Bowen dari Guatemala, Manuel Wichers dari Meksiko, dan Gamal Albinsaid dari Indonesia. Gamal yang akhirnya dinilai terbaik oleh para juri.

Menginspirasi pemuda

Program penghargaan internasional ini didesain untuk menginspirasi pemuda di seluruh dunia guna menye-lesaikan isu lingkungan, sosial, dan kesehatan. Kompetisi ini mengundang wirausaha berusia 30 tahun ke bawah untuk memberikan solusi yang menginspirasi, praktis, dan jelas untuk membantu mewujudkan kehidupan berkelanjutan.

Pangeran Charles juga terkesima atas langkah yang dilakukan Gamal.

”Saya ingin memberikan ucapan selamat hangat untuk Gamal Albinsaid atas inisiatifnya yang menakjubkan,” ungkap Pangeran Charles saat pemberian penghargaan. Putra Mahkota Kerajaan Inggris ini menilai langkah Gamal mewujudkan asuransi sampah bisa menangani dua persoalan sekaligus pada saat bersamaan, yaitu menangani sampah dan menyelesaikan masalah kesehatan, terutama warga miskin.

Asuransi sampah dijalankan Gamal dan rekan-rekannya, mahasiswa Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Gagasan membangun asuransi sampah bermula dari keprihatinan Gamal ketika mengetahui anak seorang pemulung berusia tiga tahun yang sakit diare tidak tertangani sehingga meninggal. Orangtuanya yang berpenghasilan sekitar Rp 10.000 per hari tidak berani membawanya ke klinik, apalagi ke rumah sakit yang biayanya pasti mahal.

Gamal yang saat itu, tahun 2009, masih kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya tergerak hatinya. Ia kemudian bersama teman-temannya mendirikan layanan kesehatan di Klinik Mawar Husada di daerah depan kampus mereka di Jalan Veteran, Kota Malang. Bayarannya cukup dengan menggunakan sampah.

Nasabah asuransi sampah, yang saat ini jumlahnya lebih dari 500 keluarga, cukup menyerahkan sampah rumah tangga non-organik, seperti botol plastik, kardus, atau kertas, sebulan sekali.

Di klinik ini, sampah ditimbang dan dihargai menjadi semacam premi. Premi saat itu dimulai dari Rp 1.000 hingga saat ini premi sudah mencapai Rp 10.000 per bulan. Premi inilah yang akan menjadi semacam tabungan warga untuk bisa berobat di klinik.

Antusias

Sistem ini berjalan baik di Kota Malang. Warga sekitar klinik dengan antusias menyambut asuransi sampah tersebut dan menerima manfaat kesehatan dari sampah.

”Ke depan, saya ingin mereplikasi sistem asuransi sampah ini ke beberapa daerah lain, baik nasional maupun internasional, agar ditemukan role model  sistem asuransi sampah yang mudah, murah, dan tidak memberatkan masyarakat,” ujar Gamal.

Beberapa wilayah yang akan menjadi lokasi penerapan klinik asuransi sampah versi Gamal, antara lain Denpasar, Medan, Manado, dan Blitar.

Gamal saat ini masih magang (koas) di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Meski demikian, sejak 2013 ia telah menjadi CEO Indonesia Medika, yaitu perusahaan kesehatan inovatif yang beranggotakan akademisi asal sejumlah universitas di Indonesia, seperti Universitas Brawijaya, Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta), Universitas Airlangga (Surabaya), Universitas Negeri Jember, Universitas Indonesia (Depok), Universitas Udayana (Denpasar), serta beberapa orang dari universitas lain. Total anggota staf di perusahaan Indonesia Medika mencapai 47 orang.

”Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memiliki asuransi kesehatan,” ungkap Gamal.

Dia sengaja memilih sampah karena setiap rumah tangga pasti memilikinya. Selain itu, rumah tangga biasanya juga membuang sampah sebagai barang yang tidak berharga.

”Kami justru ingin memobilisasikan sumber daya yang selama ini terbuang dari masyarakat,” kata Gamal.

Terbukti, sampah bukan hanya bisa dimanfaatkan untuk memberikan layanan kesehatan, melainkan juga mengantarkan Gamal ke London untuk bertemu Putra Mahkota Kerajaan Inggris. Lebih hebat lagi, sampah telah menginspirasi warga dunia.... Dahlia Irawati

Post Date : 03 Februari 2014