Masa Depan Bangsa Ditentukan dari Toilet Penduduknya

Sumber:KOMPAS.com - 20 November 2014
Kategori:Sanitasi


Toilet umum itu berdiri di atas tanah tak datar, sekitar dua meter dari permukaan sungai. Ada tiga bilik, masing-masing seluas satu meter persegi. Dua bilik menggunakan kloset jongkot, sementara bilik satunya tanpa kloset.

Dindingnya terbuat dari seng dengan asbes sebagai atapnya. Untuk mengunci pintu dari dalam, ada batu bata yang berfungsi sebagai ganjalan pintu.

Dari bibir sungai jaraknya sekitar lima meter. Ke sungai itulah segala kotoran manusia bermuara. Di sepanjang bantaran sungai itu, mungkin ada ribuan toilet serupa yang mengalirkan entah berapa ton kotoran manusia setiap hari. Banyak masyarakat yang tinggal di bantaran sungai itu membuang hajatnya ke sungai.

Jangan membayangkan itu adalah sungai di pelosok Indonesia. Toilet umum berganjal batu bata itu terletak di tepi Sungai Ciliwung, di RT 11/RW 05, Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Orang Jakarta menyebutnya kakus atau jamban, bilik kecil untuk buang hajat.

Sekitar 100 meteri dari toilet itu, sebuah jalan layang melintang di atas jalan, melayani pengguna kendaraan bermotor menuju Kalibata, Dewi Sartika atau Cililitan. Toilet itu hanya sepelemparan batu dari deretan gedung bertingkat megah di Jalan MT Haryono.

Sudah lama

Maryono (31) seorang pengepul barang bekas yang tinggal tak jauh dari toilet itu mengaku tak tahu persis sejak kapan toilet itu ada. Menurut lelaki asal Ngawi, Jawa Timur ini, toilet umum di dekat rumahnya sudah berdiri jauh sebelum dirinya tinggal di daerah itu pada 2011.

"Udah lama (toilet) ada di situ. Udah enggak keitung berapa kalidibenerin, puluhan kali," kata Maryono yang mengaku sudah membangun toilet sendiri di rumahnya. Toilet di rumah Maryono pembuangannya juga langsung ke Sungai Ciliwung.

Terakhir, kata Maryono, toilet itu diperbaiki pada awal 2003. Toilet rusak karena luapan Ciliwung. “Kita bareng-bareng, benerin seadanya," ucap Maryono.

Selain warga sekitar yang kebanyakan pengepul barang bekas, pengguna toilet ini adalah para sopir yang bekerja di tempat penitipan truk di dekat situ. Bukhori (35) salah satunya. Satu kali dalam sepekan ia menjadi sopir truk yang mengirim barang dari Jakarta ke wilayah Jawa Timur, atau sebaliknya.

Bagi Bukhori, meski kondisi toilet sangat seadanya, tapi tetap dianggap sangat membantu. Setidaknya untuk perkara buang hajat dan mandi, Bukhori tak perlu jauh mencari tempat.

Jika musim banjir datang, kesibukan toilet ini meningkat. Warga yang posisi rumahnya lebih rendah selalu mengungsi dan memanfaatkan toilet ini secara bersama-sama.

Pra sejarah

Budaya buang hajat ke sungai mengakar setua peradaban manusia yang tumbuh di bantaran sungai itu sejak zaman pra sejarah. Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional DKI Jakarta yang melakukan eskavasi antara tahun 1968 dan 1984 menemukan beragam artefak sepanjang sisi Ciliwung yang diperkirakan berasal dari masa 2.000-1.500 tahun silam.

Ketika Indonesia merdeka dan Jakarta tumbuh sebagai Ibu Kota Negara nan metropolis dengan gedung-gedung pencakar langitnya, peradaban pra sejarah buang hajat ke sungai tak hilang di sepanjang sungai itu.

Kajian Akademis Rencana Pengendalian Pencemaran Air Sungai Ciliwung 2008 oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidupdi DKI Jakarta menunjukkan, kandungan biochemical oxygen demand(BOD) dari limbah organik, kandungan chemical oxygen demand(COD) dari limbah kimia, dan bakteri coli di Ciliwung jauh melebihi ambang batas pencemaran. Kandungan bakteri coli Ciliwung mencapai 80 persen.

Ironinya, Ciliwung adalah sungai utama yang membelah ibu kota negara. Potret buruknya sanitasi dan perilaku tidak higienis penduduk negeri ini terpampang di bantaran sungai sepanjang 117 kilometer itu.

Terburuk ke-2 di dunia

Menurut laporan bersama WHO dan UNICEF Mei 2014, Indonesia menempati peringkat ke-2 sanitasi terburuk di dunia. Menurut laporan itu, masih ada 54 juta masyarakat Indonesia yang buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di permukaan tanah. Dari angka itu, satu juta orang yang buang air besar sembarangan ada di Jakarta.

Di dunia, 2,5 miliar penduduk tidak memiliki akses yang layak akan sanitasi yang sehat. Masih ada satu miliar orang di dunia yang buang air besar sembarangan.

Menurut PBB, buang air besar sembarangan merupakan salah satu penyebab utama diare yang menyebabkan kematian lebih dari 750 ribu anak di bawah usia lima tahun setiap tahun.

Di Indonesia, menurut UNICEF, angka kematian anak di bawah usia lima tahun pada 2012 tercatat 152 ribu. Angka ini menurun jauh dibanding angka kematian 1990 yang mencapai 385 ribu. Namun, meskipun menurun, angka kematian 2012 berarti lebih dari 400 anak-anak di Indonesia meninggal setiap hari.

Menurut laporan itu, kematian banyak dialami anak-anak dari keluarga miskin yang paling terpinggirkan. Banyak dari mereka menjadi korban penyakit yang mudah dicegah dan diobati seperti pneumonia dan diare.


Septic tank komunal

Perilaku dan kebiasaan adalah kunci. Sekretaris Kelurahan Cawang, Sumargiono mengatakan, menanamkan kesadaran hidup sehat di benak masyarakat memang terbilang sulit. Banyak cara dilakukan, tapi belum membuahkan hasil sepadan. Usaha tak hanya melalui penyuluhan, tapi juga pemasangan spanduk di banyak titik yang berisi imbauan untuk hidup sehat.

"Banyak tuh spanduk 'Jangan Buang Sampah ke Sungai' itu kan termasuk sanitasi juga, pembuangan jamban juga," kata Sumargiono.

Ke depan, kata Sumargiono, di Kelurahan Cawang akan dibangun septic tank komunal. Program ini akan dijalankan atas kerja sama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Kementerian Lingkungan Hidup.

Septic tank yang dimaksud adalah semacam bunker untuk menampung pembuangan dari jamban warga. Bunker itu rencananya akan dibangun di 12 RW di Kelurahan Cawang.

Masa depan bangsa

Ketua Asosiasi Toilet Indonesia Naning Adiwoso mengungkapkan, sanitasi adalah persoalan penting yang menjadi perhatian dunia. Demikian pentingnya hingga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pun memberi perhatian khusus untuk soal ini. Sejak 2013, PBB mengakui perayaan Hari Toilet Sedunia yang jatuh pada 19 November setiap tahun.

“Sanitasi itu penting untuk kesehatan bangsa. Jadi, kalau sekarang kita abaikan masalah sanitasi dan toilet, itu akan berakibat pada penyebaran penyakit, (kuman dan bakteri) berkembang biak, penularan lebih cepat,” kata dia.

Membangun sanitasi yang sehat, misalnya toilet keluarga yang sehat, dan mengubah budaya buang hajat sembarangan adalah cara yang paling ampuh dalam melindungi nyawa anak-anak balita itu dari kematian.

Menurut Naning, budaya toilet di Indonesia adalah toilet basah. Padahal, toilet basah bukanlah pilihan yang sehat untuk iklim tropis Indonesia. Toilet yang sehat adalah toilet kering. 

"Toilet itu harus aman, bersih, nyaman, dan kering, karena kita negara tropis. Kalau lembab jadi tempat berkembang biak kuman, jamur, yang bisa menyebarkan penyakit," kata dia.

Naning tidak berlebihan. Dalam arti tertentu, masa depan sebuah bangsa memang ditentukan dari toilet penduduknya, termasuk toilet di rumah Anda.

Kata penyair Joko Pinurbo, toilet adalah cermin jiwa. Selamat Hari Toilet Sedunia.

Ia sangat mencintai toilet lebih dari bagian-bagian lain rumahnya.
Ruang tamu boleh kelihatan suram, ruang tidur
boleh sedikit berantakan, ruang keluarga boleh
agak acak-acakan, tapi toilet harus dijaga betul keindahan
dan kenyamanannya. Toilet adalah cermin jiwa, ruang suci,
tempat merayakan yang serba sakral dan serba misteri.

                                                                    - Joko Pinurbo -



Post Date : 20 November 2014