Akses Sulit Hambat Kelayakan Sanitasi di Pedesaan

Sumber:detik.com - 19 November 2014
Kategori:Sanitasi
Berdasarkan laporan WHO baru-baru ini, peningkatan kelayakan sanitasi dan akses air bersih di suatu negara tetap akan terhambat meskipun bantuan dana terus diberikan. Sebab, kesenjangan antara akses air bersih dan sanitasi di desa dan kota masih tinggi.

"Air dan sanitasi penting untuk kesehatan manusia. Pendanaan internasional di berbagai sektor diusahakan untuk bertambah tetapi akan sama saja tidak ada hasilnya jika kesenjangan akses air, sanitasi, dan kebersihan terutama di daerah pedesaan dengan kota masih besar," tutur Dr Maria Neira, direktur Departemen Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan WHO.

Studi UN-Water Global Analysis and Assessment of Sanitation and Drinking-Water (GLAAS 2014) menyajikan data dari 94 negara dan 23 lembaga eksternal pendukung. Sebanyak dua per tiga negara yang disurvei menyadari bahwa air minum dan sanitasi termasuk HAM dalam perundang-undangan, demikian dikatakan Dr Maria dalam keterangan tertulis kepada wartawan dan ditulis pada Rabu (19/11/2014).

Delapan puluh persen negara melaporkan pihaknya memiliki kebijakan nasional terkait air minum dan sanitasi dan lebih dari 75% negara memiliki kebijakan terkait kebersihan. Meski begitu, komitmen untuk meningkatkan sanitasi diperkuat melalui diskusi global Sustainable Development Goals (SDGs) pasca 2015.

"Sekarang adalah waktunya untuk bertindak. Kita tidak tahu bagaimana kondisi masing-masing negara pasca 2015. Dengan prioritas sanitasi dan akses air bersih yang jelas, kita bisa menciptakan masa depan setiap orang dengan lebih sehat, jelas, dan bermartabat," tegas Michel Jarraud, ketua UN Water sekaligus sekretaris umum World Meteorological Organization.

Bantuan internasional untuk sanitasi dan akses air bersih terus meningkat sampai 30 persen di mana jumlahnya bertambah dari USD 8,3 juta di tahun 2010 menjadi USD 10,9 juta di tahun 2012. Pendanaan ini rencananya akan ditingkatkan lagi di wilayah yang belum terjangkau dengan baik seperti negara-negara sub-sahara AFrika, Asia Selatan, dan Asia Timur.

"GLAAS 2014 menyoroti sumber air bersih, sanitasi, dan layanan kebersihan kepada masyarakat miskin. Sebab lebih dari 75 persen negara melaporkan mereka memiliki kebijakan nasional khusus untuk meningkatkan sanitasi dan air bersih pada penduduk berpenghasilan rendah," papar Dr Maria.

Presiden Ghana John Agyekum Kufuor yang juga menjabat ketua Sanitation and Water for All menegaskan jika kesenjangan masih terlalu besar antara dana dengan sumber daya manusia, maka pemerintah di tiap negara dan pemberi dana bisa menerapkan kebijakan yang lebih strategis serta tetap mendukung penerapan kebijakan berkelanjutan.


Post Date : 20 November 2014