Sultra Terapkan TPA Ramah Lingkungan

Sumber:Jurnal Nasional - 25 Februari 2013
Kategori:Sampah Luar Jakarta
SEJUMLAH kota di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menerapkan sistem pembuangan sampah ramah lingkungan. Salah satu daerah yang menerapkan metode tersebut Kota Baubau dan Kendari. Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di Kota Baubau diklaim tidak akan lagi dipenuhi lalat dan aroma sampah yang menyengat.

Menurut Kepala Dinas Kebersihan Kota Baubau Tamsir Tamim, teknlogi pengelolaan sampah tersebut disebut sistem sanitary landfill. "TPA dengan sistem santary landfill dibangun sejak 2009 dan diresmikan penggunaannya pada 2011. Sistem pengelolaan sampah ini hanya diterapkan di Kota Baubau untuk wilayah kawasan timur Indonesia," jelas Tamsir di Baubau, Jumat (22/2)

Dia mengatakan lahan TPA itu seluas 8 hektare dengan biaya pembangunan sebesar Rp14 miliar dari APBD Kota Baubau. Selain tempat pembuangan fisik sampah, TPA itu juga dilengkapi fasilitas pengolahan sampah. Fasilitas pendukung antara lain, bengkel yang dilengkapi peralatan, gedung untuk proses pengomposan dari sampah organik. Di sekeliling lokasi itu juga dibangun tanggul keliling dengan jalan lingkar.

Dia menambahkan jika dibanding dengan sistem lainnya, sanitary landfill jauh lebih baik. Hanya saja, teknologi pengelolaan sampah seperti ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Cara kerja sistem sanitary landfill dimulai dari penggalian tanah yang luas dan lebar sesuai kebutuhan. Kemudian lubang hasil galian diisi dengan sampah setebal 30-50 setimeter. Setelah itu ditimbun dengan tanah kemudian dilapisi lagi menggunakan terpal untuk pembuangan. Demikian seterusnya sampai lubang penuh.

"Jadi, satu lubang itu cukup lama baru penuh. Untuk pembuangan cairannya, dalam lubang tersebut disiapkan lubang lain. Hingga kini, belum ada keluhan dari siapa pun terkait penerapan TPA dengan sistem sanitary landfill ini," ujarnya.

Selain Kota Baubau, pengelolaan sampah yang juga dikenal ramah lingkungan di Sultra adalah Kota Kendari. Bahkan TPAS Puuwatu, Kendari, menjadi percontohan pengelolaan sampah di Indonesia karena biogas sampah dikonversi menjadi energi alternatif.

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan asal Australia bernama Emission Reduction Company (ERC) bahkan menjalin kerja sama dengan Pemkot Kendari untuk lebih memanfaatkan sampah di TPAS Puuwatu.

Perusahaan asal Australia itu menawarkan kerja sama pengelolaan gas metana yang dihasilkan dari sampah menjadi beberapa sumber energi alternatif. Pemkot Kendari mendapatkan 10 persen keuntungan dari pengelolaan sampah itu.

Salah satu energi alternatif yang akan diciptakan dari gas metana tersebut adalah listrik. Nantinya, gas metan yang dihasilkan TPA Puuwatu akan digunakan menambah daya listrik di Kendari. Gas metan tersebut akan dijual ke PLN setempat. Kerja sama ini akan berlangsung selama 20 tahun. Kerja samanya hanya tiga hal, yakni pengelolaan sampah, penjualan gas metan, dan energi listrik.

Diperkirakan, dengan kerja sama ini, usia pemakaian TPA Puuwatu dapat diperpanjang hingga 40 tahun ke depan. Padahal, jika tidak ada kerja sama, dalam kurun waktu empat tahun mendatang, pemkot diperkirakan akan membangun TPA yang baru karena TPA Puuwatu diperkirakan sudah akan penuh sampah. Atas pengelolaan sampah ramah lingkungan ini, pada Oktober 2012, sedikitnya 50 perwakilan kepala daerah se-Indonesia berkunjung ke Kendari untuk melihat langsung pengelolaan TPAS Puuwatu yang dinilai sebagai TPAS terbaik di Indonesia. Andi Syahrir


Post Date : 25 Februari 2013