Puluhan Juta Jiwa Tanpa Akses

Sumber:Kompas - 03 Oktober 2013
Kategori:Sanitasi
SOLO, KOMPAS — Berjuta-juta penduduk Indonesia tanpa akses sanitasi yang memadai. Bahkan, data Perserikatan Bangsa-Bangsa pernah menempatkan sanitasi Indonesia terburuk kedua di dunia.

Hingga tahun 2012, baru 57 persen penduduk yang punya akses sanitasi dari target Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) minimal 62 persen. ”Masih ada kekurangan 5 persen atau 12 juta jiwa penduduk yang kami harap tahun 2015 bisa mengakses sanitasi,” kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto pada pembukaan World Toilet Summit, di Solo, Jawa Tengah, Rabu (2/10). World Toilet Summit diikuti 400 peserta dari 19 negara dan berlangsung hingga 4 Oktober.

Perhatian pemerintah terhadap masalah sanitasi, ujar Djoko, semakin besar dari tahun ke tahun. Saat ini porsi anggaran pembangunan infrastruktur sanitasi, air bersih, dan sampah di bawah payung pembangunan permukiman mencapai 25 persen. Salah satu cara meningkatkan akses adalah pembangunan sanitasi berbasis masyarakat (sanimas).

Hingga tahun 2012 ada 572 sanimas di 169 kota. Adapun selama tahun 2013 sudah dibangun 344 sanimas di 180 kota. ”Indonesia menghadapi tantangan besar untuk penyediaan infrastruktur sanitasi yang memadai, yakni pada tahun 2025 sebanyak 68 persen penduduk akan tinggal di perkotaan,” kata Djoko.

Berdasarkan data PBB, tahun 2010 masih ada 63 juta penduduk Indonesia tidak punya toilet dan buang air besar sembarangan di sungai, danau, laut, atau daratan. Ketua Asosiasi Toilet Indonesia Naning Adiwoso mengatakan, Indonesia dua tahun lalu menempati posisi ke-12 di Asia Tenggara dalam urusan sanitasi.

”Selain kendala dana, perilaku menjadi faktor utama masih rendahnya sanitasi di Indonesia,” kata Naning.

Ketua World Toilet Organization Jack Sim menuturkan, kampanye dan pendidikan usia dini tentang pentingnya sanitasi kepada anak-anak menjadi salah satu cara efektif. Anak-anak akan menularkan pengetahuannya kepada orang dewasa selain terhindar dari penyakit akibat buruknya sanitasi.

”Sanitasi yang buruk membuat anak-anak memilih menahan buang air sehingga bisa sakit yang menyebabkan produktivitas mereka terganggu,” katanya.

Dari sisi pariwisata, menurut Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, sanitasi atau khususnya toilet menjadi wajah sebuah tempat atau kota. Sayang, masih ada bandar udara, hotel, dan restoran dengan kondisi toilet belum memadai dan bersih meski sudah ada upaya penetapan standar bersih. (EKI)

Post Date : 03 Oktober 2013