Olah "Sampah" Jadi Makanan

Sumber:Kompas - 13 Maret 2013
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Ratusan pohon pisang tumbuh di pekarangan penduduk Dusun Ponggok, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tanaman yang dulu tidak dipedulikan ini sekarang menjadi sumber bahan pangan. Setidaknya 24 jenis makanan dihasilkan dari tanaman pisang, mulai dari akar hingga daunnya. Aloysius Budi Kurniawan

Sejak aktif dalam pelatihan Unit Pengelola Farmer Managed Activities (UP-FMA) tahun 2008, Lasiyo Syaifudin (62), petani sekaligus Ketua Koperasi Agro Mirasa Boga Bantul Yogyakarta (Amboy), sadar bahwa tanaman pisang bisa dimanfaatkan menjadi aneka macam makanan.

Sebelumnya, begitu buah pisang dipetik, batang pisang hanya jadi sampah yang ditumpuk dan dibiarkan membusuk. ”Mulai tahun 2008, kami mencoba berbagai kreasi pengolahan makanan dari bahan lokal, salah satunya tanaman pisang,” ujarnya, Jumat (8/3), di Bantul.

Lasiyo menjelaskan, hampir semua bagian tanaman pisang bisa dimanfaatkan. Bagian bonggol (akar) pisang bisa diolah menjadi keripik bonggol dengan berbagai macam rasa, yakni balado, gurih, manis, atau pedas. Batang pisang bagian paling dalam dapat dimasak menjadi gudeg atau gulai.

Pelepah pisang bisa dibuat menjadi cendol dan abon. Adapun jantung atau bunganya bisa dijadikan dendeng, gulai, atau abon. Bahkan, kulit pisang yang masih muda bisa diolah menjadi kerupuk kulit pisang.

Buah pisang bisa diolah menjadi macam-macam camilan, mulai dari keripik, sale, pisang goreng, pisang rebus, kolak, donat, martabak, kopi pisang, dodol, hingga permen.

”Semuanya bisa dimanfaatkan, termasuk bagian-bagian lain yang tak bisa dimakan manusia, seperti tungkai bunga pisang untuk makanan ternak, kulit batang pisang untuk pupuk, dan getahnya untuk fermentasi pupuk,” kata Lasiyo.

Tasminah, perajin keripik bonggol pisang di Dusun Paliyan, Desa Sidomulyo, setiap bulan memproduksi 2,1 kuintal keripik bonggol pisang. Bonggol pisang yang dulu dibuang ternyata bisa diolah menjadi keripik yang harganya sampai Rp 50.000 per kilogram.

”Keripik bonggol pisang biasanya kami setor ke toko-toko pusat oleh-oleh. Setiap hari permintaan terus bertambah,” katanya.

Bagi petani di Desa Sidomulyo dan sekitarnya, tanaman pisang merupakan bahan baku yang murah sekaligus tersedia melimpah. Bibit pisang mudah didapatkan, bisa berbuah hingga empat kali, dan mudah dijual ketika berbuah.

Pangan lain

Tak hanya tanaman pisang, anggota Koperasi Amboy juga bereksperimen mengolah pangan lokal seperti ubi kayu, ubi ungu, dan kacang. ”Ubi kayu paling banyak menghasilkan kreasi makanan. Ada sekitar 30 jenis makanan yang bisa diolah, seperti brownies, roti, keripik, hingga nata de cassava,” kata Lasiyo.

Ubi ungu yang mengandung antioksidan bisa dikreasikan menjadi aneka macam makanan, seperti onde-onde, geplak, brownies, dan donat. Begitu pula kacang bisa diolah menjadi kacang bawang, kacang oven, kacang telor, kacang atom, rempeyek, sambal kacang, hingga ampyang.

Selama hampir lima tahun berkreasi mengolah bahan pangan lokal, petani Koperasi Amboy menciptakan 68 jenis makanan.

Angkat produk lokal

Dalam rangka mengangkat derajat produk makanan lokal, Pemerintah Kabupaten Bantul menerbitkan dua regulasi, yaitu Instruksi Bupati Nomor 03 Tahun 2012 tentang Penggunaan Bahan Baku Pangan Lokal pada acara pertemuan, rapat, kursus, pelatihan, ataupun kunjungan kerja lapangan serta Instruksi Bupati Nomor 04 Tahun 2012 tentang Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan.

”Dengan peraturan ini, pangan lokal selalu disajikan di acara atau kegiatan, minimal kegiatan kedinasan, instansi, atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Dengan demikian, produk makanan berbahan baku pangan lokal terangkat,” kata Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Bantul Pulung Haryadi.

Dalam Instruksi Bupati Nomor 04 Tahun 2012, Bupati Bantul Sri Surya Widati menyerukan, optimalisasi sekitar 20.000 hektar pekarangan Bantul yang ”tertidur”. Apabila setiap keluarga menanam tanaman lokal, bahan pangan lokal akan tersedia melimpah dan ketahanan pangan semakin kuat.

”Dua strategi itu kami terapkan agar tercipta pengembangan ekonomi masyarakat berdasarkan potensi lokal. Jika di tiap pekarangan tumbuh berbagai tanaman dan sayuran, para ibu bisa menghemat pengeluaran karena tak perlu belanja bahan makanan,” ujarnya.

Usaha mengangkat potensi pangan lokal dengan diversifikasi pangan ini yang ditawarkan masyarakat dan Pemkab Bantul hingga masuk nominasi program Indonesia MDG (Tujuan Pembangunan Milenium) Awards 2012. Lewat penguatan ketahanan pangan, diharapkan target MDG bisa tercapai. ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Post Date : 13 Maret 2013