Akses Sanitasi Layak Lambat

Sumber:Jurnal Nasional - 22 Agustus 2013
Kategori:Sanitasi
BADAN Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menilai peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi yang layak di Indonesia sesuai target Millennium Development Goals (MDGs) masih berjalan lambat.

Direktur Pemukiman dan Perumahan Bappenas yang juga Ketua Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional, Nugroho Tri Utomo di Jakarta, Rabu (21/8) mengatakan pada 2010 tingkat akses terhadap sanitasi yang layak mencapai 55,53 persen dan pada 2012 naik menjadi 57,3 persen. "Artinya ada kemajuan peningkatan sebesar 1,7 persen. Sedangkan target MDGs pada 2015 yang diharapkan adalah 62,41 persen," kata Nugroho.

Dia berharap pertumbuhan berlanjut mencapai 3,17 persen per tahun sehingga dalam tiga tahun bisa mencapai 5,1 persen dan target MDGs 62,41 persen dapat tercapai. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2010 menyebutkan di wilayah perkotaan sebanyak 19,7 persen tidak mempunyai akses ke air minum yang berkualitas dan hanya 73,3 persen keluarga yang telah melakukan pengolahan air minum rumah tangga yang aman.

Untuk praktik pembuangan tinja masih ada 7,5 persen rumah tangga yang buang air besar (BAB) sembarangan dan 71,4 persen keluarga yang menggunakan sarana BAB yang layak. Sedangkan dari seluruh rumah tangga yang tinggal di perkotaan, hanya 26 persen keluarga yang mengolah limbah domestiknya dengan aman.

Sementara itu lebih dari separuh rumah tangga di kota atau 53,4 persen tidak mengelola sampahnya dengan baik. Direktur Penyehatan Lingkungan Direktorat P2PL Kementerian Kesehatan, Wilfried Purba mengatakan ada lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang harus dipenuhi untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang higienis dan layak bagi masyarakat.

Hal tersebut sesuai Kepmenkes No 852/2008 yang menetapkan strategi nasional STBM yang meliputi setop buang air sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Menurut dia terdapat tiga komponen yang perlu dilakukan yaitu pemenuhan kebutuhan sanitasi masyarakat, penyediaan suplai sanitasi yang terjangkau dan penciptaan lingkungan kebijakan yang mendukung masyarakat agar semakin terpicu untuk memenuhi kebutuhan dasar sanitasi mereka secara mandiri. "Lembaga-lembaga mitra telah bekerjasama dengan pemerintah untuk memicu kesadaran masyarakat untuk memiliki sarana yang layak melalui strategi STBM," ujar dia.

Contoh kerja sama tersebut yaitu lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Lomba Teknologi Tepat Guna STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di daera perkotaan yang diselenggarakan oleh High Five, WVI (Wahana Visi Indonesia), dan IUWASH (Indonesia Urban Water, Sanitation), didukung oleh USAID bekerja sama dengan Pundi Amal SCTV.

Kegiatan lomba teknologi tepat guna tersebut untuk memperkaya pilihan teknologi sanitasi bagi masyarakat dengan cara yang praktis, memenuhi syarat teknis dan kesehatan, serta bisa dijangkau masyarakat terutama MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah). Wahyu Utomo

Post Date : 22 Agustus 2013