Pemilik Baru Palyja Harus Fokus Tambah Air Baku

Sumber:beritasatu.com - 22 April 2014
Kategori:Air Minum

Rencana akuisisi PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), yang merupakan operator air bersih wilayah barat Jakarta, oleh Pemprov DKI dinilai tidak akan mengganggu layanan Palyja terhadap para pelanggannya.

Hanya saja, Palyja menginginkan siapa pun yang akan menjadi pemilik baru perusahaan itu, diharapkan dapat menambah pasokan air baku yang selama ini sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta.

Corporate Communications and Social Responsibilities Division Head Meyritha Maryanie mengatakan kebutuhan air baku Palyja saat ini hanya tergantung pada Waduk Jatiluhur milik Perum Jasa Tirta (PJT) II.

Karena itu, jika gangguan dari stasiun pompa yang mengalirkan air baku menuju Instalansi Pengolahan Air (IPA) milik Palyja, maka akan mengakibatkan gangguan distribusi air bersih kepada para pelanggan.

“Makanya, kami hanya menunggu kepastian dari akuisisi ini. Tidak masalah siapa yang akan menjadi pemilik Palyja. Tetapi yang pasti pemilik Palyja harus mampu menyediakan penambahan air baku untuk meningkatkan distribusi air bersih bagi pelanggan kami,” kata Meyritha seusai acara "Water and Earth Festival 2014" di IPA I Pejompongan, Jakarta Pusat, Selasa (22/4).

Paling tidak, lanjutnya, pemilik baru Palyja harus mampu membangun sumber pasokan air baku di dalam Jakarta. Sehingga pasokan air baku tidak lagi tergantung pada Waduk Jatiluhur.

Nantinya diharapkan, meski pasokan air baku di Waduk Jatiluhur terganggu, layanan air bersih bagi warga Jakarta tetap berjalan dengan baik, karena ada tambahan pasokan air baku dari dalam Jakarta.

“Palyja itu tetap fokus untuk meningkatkan layanan distribusi air bersih bagi para pelanggan setia kami. Karena itu, kami meminta pemilik baru Palyja dapat menghidupkan kembali pasokan air baku seperti di Pejaten Timur dan Cilandak. Supaya pasokan air baku semakin bertambah,” ujarnya.

Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Budi Karya Sumadi menegaskan peningkatan pelayanan air bersih Palyja akan menjadi agenda prioritas setelah akuisisi dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan setelah akuisisi berhasil dilakukan adalah segera melakukan rebalancing kontrak Palyja.

“Setelah akuisisi berhasil, kami akan segera lakukan rebalancing dengan PAM Jaya. Saya juga sudah bertanya kepada Dirut PAM terkait dengan isi kontrak," kata Budi.

Sebab, tujuan utama pengambilalihan Palyja bukan masalah uang, melainkan mengembalikan pengelolaan air kepada pemerintah. Dengan begitu, layanan air bersih di Jakarta akan semakin membaik.

Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya Sri Kaderi menegaskan pihaknya sangat mendukung langkah pembelian Palyja oleh PT Jakpro. Karena jika harus membatalkan kontrak, biaya yang dikeluarkan akan lebih besar yakni mencapai lebih dari Rp 3,6 triliun. Sementara jika dengan pembelian saham anggaran yang dibutuhkan hanya kurang dari Rp 1 triliun.

Sekadar informasi, PT Palyja menyepakati kontrak kerja sama dengan PAM Jaya selama 25 tahun, mulai 1 Februari 1998. Palyja melayani pasokan air bersih ke wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan, serta sebagian wilayah Jakarta Utara dan Pusat.

Pemegang saham terbesar Palyja adalah Suez International 51 persen dan Astratel sebesar 49 persen.

Sementara PT Aetra Air Jakarta mengelola, mengoperasikan, memelihara sistem penyediaan air bersih, dan melakukan investasi di wilayah timur Jakarta (sebagian Jakarta Utara, sebagian Jakarta Pusat, dan seluruh Jakarta Timur).

Aetra melakukan kontrak kerja sama dengan PAM JAYA selama 25 tahun, mulai pada tahun 1998 sampai 2023. Pemegang saham Aetra adalah Acuatico Pte Ltd dengan kepemilikan sebesar 95 persen dan PT Alberta Utilities sebesar 5 persen.



Post Date : 22 April 2014