Lindungi Sungai dan Mata Air

Sumber:Kompas - 23 April 2014
Kategori:Lingkungan
GRESIK, KOMPAS — Hari Bumi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, diperingati dengan membersihkan sungai dari sampah. Di Wringinanom, sejumlah siswa dan aktivis lingkungan menyusuri Kali Surabaya dan menyingkirkan sampah di sungai.

Mereka menggunakan perahu karet menyusuri Kali Surabaya. Awal gerakan Hari Bumi yang dicetuskan di Amerika Serikat, 44 tahun lalu, dilakukan dengan membersihkan air, udara, dan daratan dari limbah industri.

Direktur Eksekutif Lembaga Konservasi Ekologi dan Lahan-lahan Basah (Ecoton) Prigi Arisandi, Selasa (22/4), mengatakan, upaya penyelamatan sungai saat ini diperkuat dengan membentuk kampung wisata sungai di Wringinanom. ”Kalau dulu limbah kotoran sapi dibuang ke sungai, kini dimanfaatkan sebagai biogas. Sedikitnya 27 keluarga memanfaatkan kotoran sapi sebagai biogas,” ujar dia.

Kali Surabaya, seperti halnya sungai-sungai besar lain di sejumlah kota, di antaranya Brantas dan Bengawan Solo (Jawa Timur), Citarum (Jawa Barat), Ciliwung (Jakarta), Cisadane (Banten), dan Musi (Sumatera Selatan), tak lepas dari persoalan pencemaran, baik karena limbah rumah tangga maupun industri.

Di sisi lain, sejumlah sungai itu juga menjadi sumber air baku perusahaan daerah air minum (PDAM) yang menyuplai kebutuhan rumah tangga.

Di Kota Bandung, Jawa Barat, momentum Hari Bumi dimanfaatkan untuk kampanye penyelamatan mata air. Dari sekitar 400 mata air, baru 31 mata air yang terdata dalam kondisi baik. Kerusakan mata air rentan memicu beragam bencana alam hingga konflik sosial.

”Ini pekerjaan besar bagi semua masyarakat Kota Bandung. Perlahan keberadaan mata air sebagai sumber kehidupan akan hilang. Hal itu mayoritas akibat ulah manusia, seperti membuang sampah hingga menutup dengan material,” kata Sekretaris Komunitas Jaga Seke Bandung Djuhari, di kawasan mata air Seke Sekeloa.

Acil Bimbo, seniman yang juga penggiat lingkungan Jawa Barat mengatakan, keberadaan mata air jadi elemen penting meminimalkan kejadian banjir dan kekeringan di Kota Bandung. ”Banyak pengalaman ketidakmampuan mengelola air bersih mudah memicu pertikaian antarmasyarakat,” ujar dia.

Di Jember, sejumlah mahasiswa pencinta alam menggelar aksi teatrikal. Mereka menolak eksploitasi alam berlebihan.

Jember pernah dikenal dengan sebutan ”Seribu Bukit” karena jumlah bukitnya mencapai 1.666 bukit di berbagai tempat. ”Realitasnya, banyak gumuk rata karena dieksploitasi untuk kepentingan ekonomi,” kata Nurmaida dari kelompok Save Gumuk Jember.

Sementara itu, sejumlah mahasiswa di Makassar membagikan bibit pohon kepada warga. Sebanyak 1.000 bibit pohon dibagikan secara teatrikal kepada warga yang melintasi jalan. (ACI/CHE/SIR/ENG)

Post Date : 23 April 2014