Mengubah Sampah Menjadi Energi

Sumber:Kompas - 28 Juni 2013
Kategori:Wawasan
Dari sebelumnya bingung mencari cara memusnahkan sampah tanpa mengganggu orang lain, Pondok Pesantren Bina Insani di Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Semarang, Jawa Tengah, kini justru kekurangan sampah. Sampah di pondok pesantren itu dibakar dan menghasilkan bahan bakar minyak dan listrik.

Adalah sekelompok pemuda yang tergabung dalam Lembaga Riset Muda Indonesia (LRMI) yang menginisiasi proyek itu. Sejak enam bulan terakhir, Noer Firdaus dan timnya melakukan penelitian dan riset bagaimana memusnahkan sampah yang sangat mengganggu dalam waktu cepat, tetapi dengan cara ramah lingkungan dan menghasilkan sesuatu.

Mereka menemukan sistem clean green create (CGC) energy, yang menggunakan prinsip pirolisis, yaitu dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan. Dalam proses ini, material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia.

Firdaus memperlihatkan bagaimana sampah dalam bentuk apa pun, organik ataupun anorganik, basah atau kering, ketika dimasukkan ke dalam ruang pembakaran, seketika terbakar habis dan menghasilkan minyak mentah, serta gas. Minyak mentah yang didapat dari pembakaran materia, plastik, jika disuling lebih lanjut akan menghasilkan bensin, solar, dan minyak tanah.

Gas yang dihasilkan mampu menghidupkan generator pembangkit listrik yang biasanya menggunakan solar. Gas dihubungkan melalui selang ke bagian mesin pembangkit yang karburatornya telah dilepas. Seketika, listrik menyala sesuai kalasitas pembangkit.

Denny Setiawan, juga dari LRMI, menyebutkan, setiap 1 kilogram sampah plastik mampu menghasilkan 0,8 liter minyak mentah, dan gas yang dihasilkan mampu menghidupkan generator untuk menghasilkan listrik.

Firdaus menyebutkan, di Kota Solo, Jawa Tengah, misalnya, sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir sampah mencapai 25.000 ton, dan terus bertambah 350 ton setiap hari. Sampah menggunung hingga ketinggian 15 meter dan terpendam sedalam 7 meter di bawah permukaan tanah.

”Awalnya, kami berpikir dan mencari cara bagaimana memusnahkan sampah-sampah itu dalam waktu cepat, tetapi juga ramah lingkungan. Insinerator sudah lama diterapkan di banyak negara, tetapi pembakarannya masih membutuhkan bahan bakar minyak,” katanya.

CGC energy tak membutuhkan bahan bakar minyak, bahkan menghasilkan minyak mentah, selain gas, serta sisa pembakaran lain yang dapat digunakan sebagai insektisida. Sampah yang dimasukkan dalam tungku dibakar dalam suhu 800 derajat celsius. Sampah plastik akan terbakar habis, sedangkan sampah organik akan menghasilkan ampas berupa abu yang dapat dijadikan pupuk.

Kepala Pondok Pesantren (Ponpes) Bina Insani Muhammad Munzaini menyebutkan, ponpes awalnya kewalahan menangani sampah yang setiap hari diproduksi penghuni ponpes. Enam gerobak sampah dihasilkan ponpes per hari, dan selama ini hanya dikumpulkan untuk dibakar.

General Manager PT PLN Distribusi Jateng dan DIY Djoko Abumanan menyatakan, PLN siap membeli listrik yang dihasilkan komunitas itu. Untuk listrik yang dihasilkan dari sampah akan dibeli seharga Rp 1.100 per kilowatt hour (kWh).

”Harapan kami, masyarakat tidak semakin konsumtif menggunakan listrik,” kata Djoko. AMANDA PUTRI NUGRAHANTI

Post Date : 28 Juni 2013