Air Bersih pun Hilang Tercabik Petir

Sumber:Media Indonesia - 15 September 2011
Kategori:Air Minum

ANTREAN rapi warga sering terlihat di Desa Suro, Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah, layaknya pelajar hendak masuk kelas. Barisan selalu terbentuk setiap saat, pagi, siang, maupun sore hari di de pan bak penampungan yang dibangun di tengah desa.

Mereka membawa ember dan wadah air bentuk lain. Di sekitar bak penampungan inilah sebuah sumur bor sedalam 126 meter berfungsi menggelontorkan air.

Untuk mengangkat airnya yang kinclong, dioperasikan sebuah pompa air bertenaga surya.

Saat itu, Sopran, 50, warga Suro, merasa terpilih menjadi orang yang beruntung. Maklum saja, daerah yang ia tinggali adalah wilayah kering dan sulit air jika musim kemarau datang.

Proyek pembangunan sumur bor bertenaga surya yang kelar dibangun pada 2009 itu terbukti sangat bermanfaat bagi warga.

Tiga tahun pompa air itu berfungsi, warga tidak perlu lagi ber jalan jauh untuk memperoleh air. Cukup dengan berjalan kaki ratusan meter dari rumah, sumber air bersih sudah di depan mata.

Bahkan, mereka juga dimanjakan karena ada saluran air bersih yang dialirkan sampai ke tempat penampungan lain, ke dekat sejumlah rumah milik warga.

Tapi, itu tujuh bulan lalu. Pemandangan warga yang antre hanya tinggal cerita. Kini bak penampungan sudah ditinggalkan, sepi. Bak dan panel surya yang berada pada lahan dengan luas mencapai ratusan meter persegi tersebut sudah telantar.

Di sekitar lokasi, tumbuh se mak belukar. Tidak ada lagi suara pompa yang menyedot air dari perut bumi. Tidak ada la gi warga yang datang ke tempat itu.

Sudah beberapa bulan ini, So pran harus berjalan sejauh 3 kilometer untuk mandi dan membawa pulang beberapa em ber air bersih. “Kami kembali ke masa saat sumur bor belum ada. Berjalan 3 kilometer, mandi dan susah payah membawa air bersih dalam ember ke rumah. Repot,” tuturnya.

Dengan wajah serius, ia menegaskan keberadaan sumur bor berikut pompa air tenaga surya serta bak penampungan air bersih sangat bermanfaat bagi warga. Ketika itu, ia dan warga desa lain bisa sangat menghemat waktu dan tenaga.

“Alam di sini memang sulit air. Kalau ingin membuat sumur, harus menggali sedalam minimal 15 meter,” jelasnya.

Kondisi itu membuat sebagian besar warga memilih memanfaatkan sumber mata air dan sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Tapi, untuk itu mereka harus berjuang dan ber jalan jauh.

Saat bantuan sumur bor datang dan air bersih mengalir deras ke rumah-rumah, warga me rasakannya sebagai berkah. Sayang usianya tidak panjang karena rusak.

Sejawat Sopran, Kusno, 35, membenarkan kerusakan pompa air terjadi sekitar tujuh bulan lalu. Awalnya, warga tidak tahu apa yang menjadi penyebab kerusakan.

“Saat proyek selesai, kami hanya ditugaskan untuk memelihara dan mengoordinasikan pembagian air ke rumah warga.

Kami hanya membersihkan ling kungan dan panel surya dari sampah dedaunan,” ungkap Kusno.

Namun, tiba-tiba saja penyedot air tidak berfungsi. Tidak ada lagi air dari sumur bor yang bisa naik sampai ke bak penampungan. Akibatnya, warga tidak bisa lagi menikmati air bersih dari tempat itu.

Badan Geologi

Setelah itu, beberapa kali ada pejabat yang mampir ke lokasi ini. Mereka pejabat pemerintah karena mengendarai mobil pelat merah.

“Bahkan ada yang sempat mampir ke rumah saya. Mereka menyatakan kerusakan terjadi akibat tersambar petir,“ lanjut Kusno.

Panel tenaga surya untuk menghidupkan air rusak karena sambaran petir. Mesin penyedot pun tidak bisa berfungsi karena tidak memiliki sumber tenaga.

“Ya sudah, kami juga tidak tahu bagaimana memperbaikinya. Akhirnya, ya dibiarkan saja seperti itu,“ tandasnya.

Namun, Kusno, Sopran, dan ratusan warga Suro terus dan masih berharap pemerintah akan memperbaiki instalasi pompa air bertenaga surya tersebut. Jika itu terjadi, kemarau tidak akan menjadi masa yang sulit karena warga tidak harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer untuk me reguk nikmatnya air bersih.

Harapan serupa juga membebani Kepala Desa Suro, Agus Purwanto. Ia ingat persis, proyek sumur bor bertenaga surya itu dimulai pada 2008 lalu oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Setahun kemudian, sumur bor kelar dan mengalirkan air bersih.

Kedalaman sumur bor mencapai 126 meter. Mesin pompa yang berfungsi mengangkat air pun tidak membutuhkan aliran listrik. Tim dari Badan Geologi sudah membawa instalasi listrik bertenaga surya.

Badan ini tidak bergerak sendiri. Pemerintah kabupaten melalui Dinas Cipta Karya Banyumas juga menggulirkan dana sharing untuk membuat bak penampungan.

“Saya tidak akan lupa bagaimana wajah warga ketika air tersedot dan dengan cepat mengisi ember yang mereka bawa.

Mereka sangat senang karena kelelahan berjalan jauh tidak per lu mereka lakukan lagi demi mendapat air bersih,” papar Agus.

Pengadaan sarana air bersih itu mampu memenuhi kebutuhan 160 kepala keluarga yang tersebar di empat rukun tetangga.

Agus sudah mendapat konfi rmasi bahwa panel listrik tenaga surya rusak karena disambar petir pada Februari lalu. Setelah itu, praktis belum ada penanganan sampai sekarang.

Pihaknya telah meminta bantuan ke Kantor Dinas ESDM Banyumas, tetapi sampai sekarang belum diperbaiki. “Katanya masih menunggu tim ahli dari Badan Geologi di Bandung.“

Warga sangat berharap sarana air bersih itu dapat difungsikan kembali. Apalagi saat kemarau panjang seperti ini, jarak yang mereka tempuh untuk mencari air bersih juga semakin panjang. LILIEK DHARMAWAN



Post Date : 15 September 2011