Aneka Cara Hilangkan Zat Berbahaya dalam Air

Sumber:Media Indonesia - 22 Maret 2005
Kategori:Air Minum
BANYAK teknologi digunakan untuk menghilangkan limbah organik dan nonorganik pada air baku air minum. Teknologi yang biasa digunakan masyarakat, antara lain biofiltrasi, ultrafiltrasi, air heksagonal, ozon, dan sebagainya.

Menurut ahli air Arie Herlambang, ultrafiltrasi maupun ozon merupakan salah satu teknologi untuk mensterilkan air minum dari bahan-bahan organik dan nonorganik. ''Bakteri patogen, senyawa kimia dibunuh melalui sinar ultra violet kemudian disempurnakan dengan ozon.''

Teknologi semacam ini juga dilakukan pada daerah bencana alam, seperti di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Karena penduduk di sana membutuhkan air siap minum. Melalui teknologi ozon, pengeboran dilakukan sampai ditemukan air tanah. Kemudian alat produksi air bersih dipasangkan di dekat galian yang dilengkapi dengan selang dan pompa. Air tanah yang disedot ke atas langsung diproses melalui alat tersebut kemudian melalui penyinaran sinar ultra violet dan ozon.

''Bisa saja disedot kemudian langsung dibagikan ke masyarakat untuk dimasak. Tetapi air tersebut masih kotor sementara masyarakat butuh air siap minum hari itu juga.''

Sedangkan air heksagonal yang saat ini dipasarkan di masyarakat merupakan teknologi air minum menggunakan gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik menghasilkan molekul air dengan rangkaian heksagonal (segi enam) yang identik dengan molekul cairan dalam sel tubuh.

Para ahli terapi air berpendapat perbedaan rangkaian molekul memengaruhi kemampuan penyerapan oleh sel tubuh. Rangkaian molekul mikro heksagonal mudah diserap, sehingga sangat bermanfaat untuk kesehatan.

''Namun, air heksagonal ini sangat tergantung dengan elektromagnetik. Apabila medan magnet rusak karena aus atau hal lain, tentunya air itu tidak bisa dibuat heksagonal. Untuk masyarakat padat seperti di Indonesia teknologi ini kurang efisien,'' ujar Arie.

Teknologi lain adalah biofiltrasi, yaitu menggunakan alat biofiltrasi terbuat dari plastik berbentuk kubus. Alat ini merupakan lembaran-lembaran plastik bergelombang kemudian disusun berlapis hingga tebal menyerupai kubus. Menurut Arie, untuk keperluan rumah tangga dibutuhkan satu kubik bioflitrasi.

''Biofiltrasi merupakan teknologi untuk menyaring limbah organik dan nonorganik yang larut di dalam air. Selama ini orang sibuk mematikan bakteri dan patogen lainnya dengan kaporit, khlor atau oksidator lainnya. Namun, senyawa kimia lainnya masih larut di dalam air. Besi, deterjen, nitrit, THMs masih ada di dalam air bersih.''

Alat tersebut diletakkan di dalam sumber air. Saat air mengalir maka limbah-limbah organik dan nonorganik akan menempel ke biofiltrasi. Alat tersebut bisa digunakan sampai bertahun-tahun lamanya. ''Ini upaya untuk mengendalikan penggunaan khlor berlebihan. Di samping itu, limbah organik ini nantinya berbentuk lumpur dan bisa dibersihkan suatu saat.''

Menurut Arie, saat ini instalasi air minum di Cilandak telah menggunakan biofiltrasi tersebut. Diakuinya, harga teknologi biofiltrasi bervariasi. Tergantung dari bahan dan bentuknya, mau yang seperti bola atau bantal. Harganya berkisar dari Rp800 ribu sampai Rp2,8 juta per kubiknya. Namun, biofiltrasi ini jauh lebih aman dibandingkan penggunaan zat kimia sebagai oksidator untuk membunuh bakteri.

Cara lain yang digunakan adalah menggunakan batu-batuan yang ditanam di pusat air dengan tujuan untuk menghambat limbah organik dan nonorganik masuk ke air minum. ''Kalau dulu orang memakai arang, tetapi ini sangat riskan. Arang mudah pecah dan larut. Sebaiknya batu lebih baik. Sebetulnya cara alamiah dengan menggunakan bahan alam jauh lebih aman bagi kesehatan,'' kata Nusa Idaman Said. (Nda/V-1)



Post Date : 22 Maret 2005