Atasi Diare dengan Akses Air

Sumber:Kompas - 19 Januari 2007
Kategori:Sanitasi
Jakarta, Kompas - Hasil studi Environmental Services Program USAID menunjukkan bahwa perilaku tidak higienis dan sanitasi yang buruk penyebab diare. Namun, banyak orang meyakini penyebab diare adalah hal lain, misalnya keracunan makanan, musim, tanda pertumbuhan bagi bayi atau faktor klenik.

"Sanitasi buruk menyebabkan penyebaran penyakit seperti diare sebenarnya dapat dicegah," kata Direktur USAID/Basic Human Services Tim, Herbert B Smith, dalam diskusi "Memerangi Diare Melalui Peningkatan Akses Air dan Sanitasi" di Jakarta, Kamis (18/1).

Tampil sebagai pembicara, Direktur Permukiman dan Peru- mahan Bappenas Basah Hernowo, Kepala Subdirektorat Diare dan Penyakit Pencernaan Departemen Kesehatan I Wayan Widaya, Nona Pooroe Utomo (Health & Hygiene Coordinator USAID-Environmental Service Program), dan Kepala Pusat Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Atma Jaya Jakarta Charles Surjadi.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan, 50 dari 1.000 bayi meninggal karena diare. Ini disebabkan kontaminasi kotoran manusia pada sumber air, di antaranya lewat lubang sumur yang tidak "berbibir".

Laporan Pembangunan Manusia 2006 mencatat lebih dari 1,8 juta orang di negara berkembang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan 2,6 juta orang tanpa akses sanitasi yang layak. Akibatnya 1,8 juta anak meninggal.

Sebenarnya terdapat cukup air, tetapi tidak dikelola dengan efektif dan merata. Dengan tetap memperlakukan air sebagai sumber tidak terbatas akan memperburuk masalah krisis air.

Saat ini masyarakat di bawah garis kemiskinan sulit mengakses air bersih. Mereka harus membayar mahal untuk mendapatkannya.

Basah Hernowo menyatakan, air minum dan sanitasi adalah kebutuhan dasar. Pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Air Minum.

Pada tahun 2002 pelayanan air minum baru 50 persen, sedangkan pada tahun 2004 sekitar 53,4 persen. Pelayanan sanitasi tahun 2000 baru 63,5 persen dan tahun 2004 sebesar 67,1 persen. (LOK)



Post Date : 19 Januari 2007