Banjir Rendam Ratusan Rumah Penduduk

Sumber:Jurnal Nasional - 04 April 2012
Kategori:Banjir di Jakarta
UNTUK kesekian kalinya, kawasan Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan dilanda banjir. Air setinggi dua meter merendam ratusan rumah penduduk yang tersebar di lima RT. Bahkan, dinding rumah salah satu warga jebol setelah diterabas air dari Kali Krukut.
 
"Rumah saya roboh karena turap (dinding kali) yang baru dibangun tipis. Makanya jebol karena diterjang arus deras," ujar Marsianingsih, sang pemilik rumah saat ditemui Jurnal Nasional, di Jakarta, Selasa (3/4).
 
Dari pantauan Jurnal Nasional di lokasi, turap lama hanya berupa selapis dinding terbuat dari batako dengan ketebalan tiga sentimeter. Sementara, turap baru yang dibangun Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI jauh lebih kokoh, terbuat dari batu kali dengan ketebalan lebih dari 15 sentimeter. “Turap yang lama, turap dari batako itu diapit oleh turap baru yang jauh lebih kokoh. Tapi tidak semua ditutup dengan turap yang baru,‘ ujar Marsianingsih.
 
Sementara itu, Suratminah yang rumahnya berjarak satu meter dari turap Kali Krukut mengatakan, saat membangun, Dinas PU memang tidak berniat mempertebal turap-turap lama agar lebih kokoh. "Waktu itu Dinas PU bilang, yang jadi prioritas adalah bagian kali yang tak ada turapnya. Padahal kalau turap hanya dari selapis batako, itu bukan turap. Itu hanya dinding kecil," ujarnya.
 
Hingga kemarin sore, kediaman warga masih terendam banjir. Sebagian besar warga memilih mengungsi di posko-posko warga. Kerugian atas banjir kali ini dinilai cukup besar, karena warga sama sekali tidak sempat mengevakuasi harta benda milik mereka. "Saat jebol sekitar pukul 19:00 WIB, banyak warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang. Semua hanyut dibawa arus air. Sekarang saya dan keluarga menginap di posko untuk sementara," ujar Marsianingsih.
 
Warga Tak Mau
 
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Kepala Dinas PU DKI, Tarjuki, membantah keras tudingan warga. Menurutnya, wargalah yang tidak menginginkan turap di rumahnya dipertebal sehingga akhirnya jebol diterjang derasnya air.
 
"Banjir bukan karena tanggul Kali Krukut jebol. Tetapi disebabkan satu rumah yang pemiliknya tidak mau ditanggul. Lalu, ketika debit air Kali Krukut semakin besar, ada kiriman air dari Bogor. Tembok tak kuat menahan air, akhirnya jebol," kata Tarjuki kepada pers, Selasa (3/4).
 
Menurutnya, sudah banyak pihak yang berusaha membujuk, baik pihak Camat setempat, Lurah hingga Ketua RW dan RT. Bahkan, pihak Marinir pun ikut turun tangan untuk membujuk warga yang diduga Marsianingsih itu.
 
Namun, hingga pembangunan selesai, pihaknya tetap tidak berhasil membujuk warga. “Saya tidak tahu pasti siapa warga itu, dan alasannya tidak mau memberikan izin. Saat ini ia dipanggil Komandan Marinir untuk minta izin segera menguatkan tembok rumahnya," ujarnya.
 
Sementara itu, terkait bencana banjir yang melanda tiga wilayah Jakarta sejak Senin (2/4) lalu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Ery Basworo membantah isu yang mengatakan pihaknya gagal mengantisipasi datangnya banjir. Menurutnya, penyempitan luas area tangkapan sungai menjadi faktor utama penyebab banjir.
 
“Rata-rata lebar semua kali di Jakarta hanya lima meter. Padahal, idealnya area tangkapan 20 meter. Seperti Kali Krukut, lebar eksisting sebenarnya harus lebih dari 10 meter. Tapi di lapangan hanya lima meter, karena adanya bangunan di kiri kanan pinggiran kali," kata Ery, di Jakarta, kemarin.
 
Menurutnya, pendangkalan dan penyempitan kali-kali di Jakarta sebagian besar disebabkan oleh penumpukan sampah yang sengaja dibuang warga langsung ke aliran sungai. Akibatnya, saat hujan deras melanda wilayah Jakarta atau ada banjir kiriman dari Bogor, sungai-sungai tersebut tidak mampu menampung debit air.
 
Tiga Solusi Alex
 
Masalah banjir termasuk salah satu tema seksi bagi para Calon Gubernur DKI Jakarta. Wajar, saat sejumlah wilayah Jakarta dilanda banjir, banyak cagub mengoar-ngoarkan solusi penanganan dan pencegahannya. Salah satunya, cagub yang diusung partai Golkar, PPP dan PDS, Alex Noerdin.
 
Dalam acara temu muka dengan masyarakat jurnalisme, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Senin (2/4) lalu, Alex dengan yakin menyatakan sanggup menyelesaikan masalah banjir Jakarta dalam waktu tiga tahun. Menurutnya, masalah banjir Jakarta sangat tergantung pada tiga kondisi: kondisi di hulu, tengah, dan hilir sungai.
 
Hasil studi yang dilakukan tim suksesnya menunjukkan, sebagian besar masalah sungai yang mengalir di Jakarta adalah pendangkalan dan penyempitan sungai, adanya bangunan warga di bantaran kali, berkurangnya sumur resapan air, laju penurunan tanah, tumpukan sampah dan laju kenaikan permukaan air laut di sisi utara Jakarta. "Jakarta perlu dua juta sumur resapan dan satu juta biopori. Dan itu yang akan kami buat," ujarnya.
 
Selain itu, seluruh sungai dan waduk di Jakarta yang mulai mendangkal akan dikeruk. Upaya pembersihan sungai dari sampah-sampah domestik akan dilakukan secara intens dan berkelanjutan. “Upaya ini akan melibatkan seluruh warga, khususnya yang tinggal di sepanjang bantaran sungai," katanya. Abu Sahma Pane/Asri Okina Gunanti/Suci Dian Hayati


Post Date : 04 April 2012