Berharap Tamu itu tidak lagi Datang

Sumber:Media Indonesia - 06 Juli 2012
Kategori:Banjir di Jakarta
BANJIR sudah menjadi tamu tetap diKampung Pulo, Kampung Melayu, Ja karta Timur. Setiap tahun bisa belasan kali banjir bertandang, tapi yang paling menyesakkan ialah banjir lima tahunan pada 2002 dan 2007.
 
“Banjir paling parah terjadi pada 2007,“ jelas Pak Uci, demikian warga Kampung Pulo tersebut dipanggil, kemarin.
 
Pria yang membuka warung tegal di rumahnya itu sudah sejak 1989 tinggal di kawasan tersebut. Mengangkut barang-barang ke lantai dua rumah merupakan kebiasaan rutin warga. Barang-barang yang dipindahkan umumnya elektronik.
 
Kampung Pulo salah satu kawasan langganan banjir di Ibu Kota. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung membuat kawasan tersebut sering terkena dampak terparah banjir kiriman dari Bogor.
 
Rumah Pak Uci terletak dekat Gang I Jalan Jatinegara Barat. Karena seringnya kedatangan banjir, banyak warga menambah lantai untuk tempat berlindung.
 
Ketinggian banjir di lokasi tersebut bervariasi. “Saat banjir lima tahunan pada 2007, ketinggian air di rumah saya mencapai kira-kira 2 meter,“ kata Pak Uci.
 
Keluarga Pak Uci sudah siap menyambut banjir lima tahuan pada 2012. Pada 2002 dan 2007 air bisa bertahan sampai seminggu. Ternyata banjir lima tahunan pada 2012 yang diperkirakan lebih besar tak terjadi. Air memang tetap meluap ke rumah warga tapi tak sebesar pada 2007.
 
Rampungnya proyek Kanal Banjir Timur membuat kawasan Kampung Melayu agak terbantu. Namun minimnya saluran dan got pembuangan air membuat banjir tetap terjadi. Memperbesar got juga menjadi masalah sebab rumah masyarakat berdempetan.
 
Simulasi penanggulangan banjir sudah beberapa kali dilakukan, bahkan dihadiri sendiri oleh Gubernur DKI Fauzi Bowo. Terakhir simulasi penanggulangan banjir berlangsung pada 30 Mei 2012. Pada simulasi yang diadakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI bersama Dinas Sosial DKI dibantu pejabat setempat, warga diajari cara menyelamatkan korban banjir menggunakan perahu karet. “Saya mengapresiasi upaya Pemprov DKI dalam menanggulangi banjir di Kampung Pulo. Namun saya tetap berharap banjir tidak datang lagi,“ ujar Pak Uci.
 
Dengan alasan sudah lebih aman dari tahun-tahun sebelumnya, Pak Uci keberatan untuk pindah. Menurutnya, lokasi Kampung Pulo sangat strategis karena tak jauh dari pusat-pusat ekonomi seperti Pasar Jatinegara dan Stasiun Jatinegara, serta dekat dengan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, sehingga memudahkannya untuk berusaha.
 
Haji Ahmad Syahbudin, tokoh masyarakat setempat yang sudah tinggal di Kampung Pulo sejak 1972 mengisahkan, setiap musim hujan, ia dan warga rajin memantau perkembangan curah hujan dan debit air yang datang dari Bogor.
 
Bersyukur 
 
Saat air sudah mencapai ketinggian 1 meter, warga mulai memindahkan barangbarangnya ke tempat yang lebih tinggi. Sayangnya tidak semua warga memiliki rumah dua tingkat.
 
“Begitulah kehidupan kami bertahuntahun. Kami sudah terbiasa. Dan, tahun ini kami sangat bersyukur karena banjir lima tahunan yang menakutkan itu tak datang. Air sempat menggenang namun cepat pula surut,“ tutur ayah lima anak itu. 
 
Warga Kampung Pulo, kata Haji Ahmad, sudah rutin kerja bakti untuk membersihkan got dan lingkungan sekitar, sekurangkurangnya sekali dalam seminggu. Adapun untuk Kali Ciliwung yang menjadi sumber banjir, menurut dia, haruslah dikeruk.
 
Sementara itu, Nani Sidik, 52, warga Kampung Melayu Besar, Tebet, Jakarta Selatan, mengaku sangat senang karena sudah tiga tahun terakhir kampungnya tidak kebanjiran. Bahkan ketika ia dan keluarga sudah siap-siap mengantisipasi banjir besar lima tahunan yang diperkirakan Februari 2012, ternyata tidak terjadi.
 
Kampung Melayu sudah tiga kali mengalami banjir parah pada 1996, 2002, dan 2007. “Alhamdulillah, setelah Kanal Banjir Timur beroperasi, di sini tidak pernah banjir lagi,“ ujar warga yang tinggal sekitar 500 meter dari Kali Ciliwung tersebut. (*/ Koh/J-1)


Post Date : 06 Juli 2012