Ciliwung Perlu Penanganan Hulu-Hilir

Sumber:Kompas - 12 November 2012
Kategori:Lingkungan
BOGOR, KOMPAS - Pemerintah pusat, provinsi, serta kabupaten dan kota didesak lebih serius menangani Sungai Ciliwung secara terpadu, mulai dari hulu, tengah, hingga hilir. Kondisi Ciliwung makin buruk akibat akumulasi tutupan vegetasi yang terus berkurang, pencemaran, serta okupasi daerah bantaran sungai.
 
Demikian disampaikan Sudirman Asun dari Ciliwung Institute dan Hasanudin, Ketua Komunitas Ciliwung Bojong Gede, di sela deklarasi Hari Konservasi Ciliwung di Desa Kedung Waringin, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (11/11). Deklarasi dihadiri penggiat lingkungan dan komunitas Ciliwung dari Jabodetabek serta Kementerian Lingkungan Hidup, Pemprov DKI Jakarta, dan Pemprov Jawa Barat.
 
”Ketika saya kecil tahun 1970-an, air Ciliwung di Bojong Gede masih berani saya minum. Ikan-ikan banyak. Sekarang airnya sudah kotor. Saya khawatir beberapa tahun mendatang, Ciliwung di daerah tengah juga bisa rusak parah seperti di Jakarta,” tutur Hasanudin.
 
Menurut mereka, kondisi Ciliwung terancam dari hulu, tengah, hingga hilir, dengan potensi berbeda. Daerah aliran sungai (DAS) di hulu (Kabupaten Bogor) rusak akibat alih fungsi lahan hutan menjadi bangunan, sedangkan di tengah (Kota Bogor, Depok) rusak akibat sampah rumah tangga dan penyerobotan bantaran sungai. Daerah hilir, DKI Jakarta, tercemar limbah domestik, pabrik, dan penyerobotan bantaran sungai.
 
Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta, setidaknya di sepanjang bantaran Ciliwung di Jakarta bermukim 272.300 jiwa. Data Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung, tahun 2006, sebanyak 5,5 juta jiwa tinggal di DAS Ciliwung dengan 3,4 juta di antaranya berada di DKI. Akibatnya, tutupan DAS Ciliwung berkurang. Kajian Forest Watch Indonesia 2000-2009, sebanyak 5.000 hektar hutan DAS Ciliwung hilang.
 
167 jenis iklan hilang
 
Menurut Sudirman, pencemaran air yang parah terlihat dari hilangnya spesies asli Ciliwung. Hasil survei biologi semasa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1910, ditemukan 187 jenis ikan asli Ciliwung. Sementara itu, hasil pendataan ikan oleh Komunitas Peduli Ciliwung Bogor tahun 2009-2011, hanya ditemukan 20 jenis ikan. Artinya, ada 167 jenis ikan hilang dari Ciliwung.
 
”Pemerintah masih sibuk dengan program berbau seremoni. Padahal, perlu pemberdayaan masyarakat di sekitar bantaran atau DAS Ciliwung,” kata Sudirman.
 
Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang Saptastri Ediningtyas mengatakan, Pemprov DKI berupaya menata bantaran sungai melalui program Kampung Deret. Pekerjaan rumah yang juga menunggu adalah normalisasi Ciliwung serta membangun waduk di hulu Ciliwung di Ciawi, Kabupaten Bogor.
 
Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik dan Usaha Kecil Kementerian Lingkungan Hidup Tri Bangun Sony menekankan pentingnya manajemen sungai yang terintegrasi serta memberdayakan komunitas agar program yang ada tepat sasaran. Selain itu, dia juga mengusulkan agar di bantaran Ciliwung ditanam bambu yang bisa mencegah longsor, menyerap air ke dalam tanah, sekaligus menyerap polutan. (GAL)


Post Date : 12 November 2012