Dari 100 Rumah Hanya Satu yang Punya WC

Sumber:Suara Merdeka - 22 Februari 2006
Kategori:Sanitasi
DARI hampir seratus rumah, hanya satu yang memiliki WC. Itulah kondisi di Kampung Sri Rahayu yang dulu dikenal dengan nama Kampung Dayak. Kampung itu berlokasi di belakang Terminal Purwokerto, masuk wilayah RT 4 RW 10 Kelurahan Karangklesem, Purwokerto Selatan.

Selama ini warga buang air besar di kolam ikan yang terletak tak jauh dari kampung tersebut. Ketika terminal bus akan dipindah, kemungkinan kolam itu dialihfungsikan sangat besar.

Kondisi tersebut membuat Ketua RT 4 Rudjito berpikir keras untuk mengadakan sarana mandi cuci kakus (MCK). Dia tak tahu bagaimana mencari dana untuk membangunnya. Meminta warga dengan cara urunan tak mungkin karena sebagian besar adalah warga tidak mampu.

Dia lalu menyampaikan persoalan itu kepada anggota DPRD Banyumas LPAS Widyaningrum yang diteruskan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Beberapa waktu kemudian ada kabar bahwa DLH akan memberi bantuan MCK. Bantuan hanya berupa bangunan, tak termasuk tanah. Penerima harus mengadakan lahan sendiri. ''Senang dapat bantuan, tetapi pusing mencari tanah,'' kata Rudjito.

Ketua RT itu lalu berpikir, bagaimana mencari dana dan tanahnya. Kalaupun bisa mencari uang, pertanyaan berikutnya, adakah yang mau menjual tanah berukuran hanya 3-4 ubin.

Menjual Tanah

Kebetulan ada warga yang mau menjual tanah sekitar delapan ubin di tengah kampung itu. Seorang penduduk mau membeli, tetapi hanya kuat membeli empat ubin untuk memperluas tanah miliknya.

Akhirnya terbersit ide untuk paron (bagi dua), dibeli warga empat ubin, sisanya dibeli RT. Setelah ada gambaran tanah, kebingungan selanjutnya adalah mencari dana.

Masalah itu disampaikan dalam rapat bulanan warga RT 4 RW 10. Hasilnya, warga sepakat untuk iuran. Setiap keluarga, baik yang menetap maupun yang indekos, diminta menyumbang Rp 5.000.

Pemilik rumah indekos dibebani Rp 3.000/kamar. Para pemilik tanah di kampung itu, baik yang tinggal di tempat tersebut maupun di luar, diminta berpartisipasi.

Diperhitungkan, pemasukan dari iuran itu Rp 1 juta lebih. Jumlah itu masih kurang sebab kebutuhan dana untuk membeli tanah itu diperkirakan Rp 7 juta.

Kepastian harga tanah belum bisa diketahui karena belum diukur. Pengukuran direncanakan Maret.

Kepusingan Rudjito berkurang ketika Ketua DPC PDI-P Suherman datang ke kampung tersebut menyerahkan hewan kurban dari partainya. Kepada Suherman, Rudjito menyampaikan persoalan yang dihadapi masyarakat.

Minggu (5/2), Suherman datang lagi ke kampung tersebut. Kali ini dia datang untuk merayakan HUT-nya yang ke-52 sekaligus menyerahkan bantuan untuk membeli tanah.

Kekurangan dana Rp 6 juta, saat itu Suherman membantu Rp 3,5 juta. (Budi Hartono -16n)

Post Date : 22 Februari 2006