Diare di Flores Timur Meluas, 19 Warga Meninggal

Sumber:Suara Pembaruan - 08 Februari 2005
Kategori:Sanitasi
KUPANG - Kasus diare yang mewabah di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), semakin meluas hingga ke 10 kecamatan di wilayah paling timur Pulau Flores tersebut, yakni Kecamatan Adonara Timur, Klubagolit, Witihama, Solor Timur, Tanjung Bunga, Larantuka, Adonara Barat, Solor Barat, Wulanggitang dan Ile Mandiri. Demikian Kabag Kesejahteraan Biro Bina Sosial Setda NTT, Franssiska Palan Bolen SH kepada Pembaruan di Kupang, Selasa (8/2) pagi.

Dikatakan, sesuai laporan yang diterima dari Pemerintah Kabupaten Flores Timur nomor SMS.400/18/II/ 2005, tanggal 5 Februari 2005, terjadi peningkatan jumlah kasus dari 1.472 kasus menjadi 1.659 kasus. Penyakit menular ini menyebabkan 19 warga meninggal dunia dan 39 warga menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Larantuka.

Korban meninggal dunia, masing-masing di Adonara Timor sebanyak lima orang, Klubagolit (4), Witihama (2), Solor Timur (1), Tanjung Bunga (1), Larantuka (5), dan Adonara Barat (1). Sedangkan laporan kumulatif kasus, masing-masing di Adonara Timur 225 kasus, Klubaolit (25), Witihama (311), Solor Timur (151), Tanjung Bunga (53), Larantuka (820), Adonara Barat (11), Solor Barat (4), Wulanggitang (51) dan Ile Mandiri (8).

Sementara itu, penderita demam berdarah di Kota Kupang kian bertambah. Ini terlihat dari jumlah pasien demam berdarah di RSU Prof Dr WZ Yohannes Kupang yang cukup besar jumlahnya dan dipusatkan di ruang rawat kelas III wanita. Tidak diketahui jumlah pasien demam berdarah tersebut karena para perawat enggan memberikan keterangan kepada wartawan.

Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, dr Paulus Wignyohadi mengatakan, seluruh petugas di Dinas Kesehatan Kota Kupang sudah turun ke masyarakat untuk melakukan kerja bakti. Tapi masyarakat sendiri tidak mau terlibat dalam pekerjaan itu. Sehingga jangan menyalahkan pemerintah jika terjadi kasus demam berdarah.

Dikatakan, dalam kaitan dengan penanggulangan penyakit demam berdarah, pihaknya sudah sepakat dengan para camat dan lurah untuk melaksanakan kerja bakti pembersihan lingkungan. Namun saat kerja bakti dilaksanakan, masyarakat enggan bekerja membersihkan lingkungannya. Padahal, sudah berulangkali dilakukan sosialisasi melalui Badan Infokom, lurah, pers, gereja maupun mesjid tentang kebersihan lingkungan.

Menurut Wignyohadi, semua pihak sudah mengetahui bahwa penyakit demam berdarah terjadi karena gigitan nyamuk aedes aegypti. Dan, nyamuk ini biasanya bersarang di bak-bak air. (120)

Post Date : 08 Februari 2005