Diare Melanda NTT, 30 Tewas

Sumber:Kompas - 15 Februari 2005
Kategori:Sanitasi
Kupang, Kompas - Penyakit diare saat ini tengah melanda penduduk di sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur hingga menewaskan sekitar 30 orang. Warga yang menjadi korban adalah penduduk Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Flores Timur, Manggarai Barat, Lembata, Belu, Ende dan Sikka dengan jumlah pasien yang dirawat sekitar 2.000 orang.

Kondisi itu menyita perhatian Pemerintah Provinsi NTT sehingga dibawa ke dalam rapat khusus tertutup yang dipimpin Wakil Gubernur Frans Leburaya, Senin (14/2) di Kupang. Hadir sejumlah kepala dinas kesehatan, pejabat biro bina sosial dan dinas sosial, dan pemerhati masalah kesehatan masyarakat.

Rapat itu digelar karena laporan tentang kasus diare terus berdatangan dari berbagai daerah, selain kasus demam berdarah dengue (DBD). Flores Timur dan Lembata merupakan daerah endemis terparah untuk diare dengan korban tewas 24 orang. Sedangkan DBD terparah di Kota Kupang dengan korban tewas ada tujuh orang.

Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat Biro Bina Sosial Sekretariat Daerah Provinsi NTT Fransiska Palan Bolen meminta pemerintah kabupaten dan dan dinas teknis segera melaporkan perkembangan penyakit setiap hari. Bahkan jika ada kejadian luar biasa harus dilaporkan dua kali dalam sehari.

Mencemaskan

Kepala Bagian Humas Pemkab Lembata Karel Kia Burin menjelaskan, diare di wilayahnya amat mencemaskan. Selama tiga hari terakhir terjadi peningkatan kasus yang drastis. Jumlah pasien yang dirawat, baik inap maupun rawat jalan, sebanyak 115 orang, dan yang meninggal telah mencapai empat orang.

Kata Fransiska, diare menyerang Lembata dengan korban tewas empat orang, dan 115 orang dirawat. Sementara di Flores Timur, kasus diare amat hingga Senin kemarin mencapai 1.749 kasus, dan 20 orang di antaranya meninggal, umumnya anak- anak.

Di Belu terdapat 12 kasus, dengan dua orang tewas. Selain itu, di Kabupaten Kupang ada 214 kasus diare, dan dua orang di antaranya tewas. Di Manggarai Barat ada 51 penderita, dan dua orang di antaranya meninggal. Sedangkan DBD baru ditemukan di Kota Kupang dengan 157 kasus, tujuh meninggal.

KLB

Wakil Gubernur NTT yang dihubungi setelah rapat membenarkan bahwa pihaknya baru saja menggelar rapat khusus menyikapi wabah atau KLB diare dan DBD. "Pemprov NTT amat prihatin dengan kondisi para penderita diare dan DBD, terutama karena sampai merenggut korban jiwa total 37 orang itu," ungkapnya.

Dikatakan, pihaknya telah meminta pemerintah kabupaten dan dinas teknis terkait untuk meningkatkan perhatian terhadap dua jenis penyakit itu secara intensif. Dia juga meminta mereka untuk segera menekan laju perkembangan penyakit dengan menyuplai obat serta tindakan medis lainnya.

"Saat ini Pemprov NTT mengirim obat-obatan langsung ke lokasi endemis disertai dengan petugas para medisnya. Saya meminta petugas untuk bekerja keras dan semaksimal mungkin dilakukan agar masalahnya bisa teratasi segera," tambahnya.

Dari hasil penelitian tim teknis, lanjut Leburaya, diketahui bahwa wabah diare disebabkan oleh virus E Coli yang mencemari sumber air minum penduduk. Oleh karena itu, dia meminta petugas agar juga melakukan sosialisasi terus menerus mengenai pola hidup sehat.

Leburaya mengakui, persoalan air bersih masih menjadi kendala di NTT. Kemarau panjang menyebabkan masyarakat kesulitan air bersih sehingga apapun cara coba dilakukan warga untuk mendapatkan air untuk konsumsi, tetapi sayangnya banyak sumber terkontaminasi virus E Coli dari jamban.

Untuk mengatasi DBD, saat ini telah dilakukan program pengasapan yang terfokus, dan program abatisasi. Meski demikian, diakui, di banyak daerah terjadi kekurangan tepung abate itu. "Saya minta petugas segera mengatasi kekurangan abate ini," ujar Leburaya. (CAL)

Post Date : 15 Februari 2005