DKI Belum Mampu Kelola Sampah

Sumber:Koran Sindo - 18 November 2008
Kategori:Sampah Jakarta

JAKARTA(SINDO) – Volume timbunan sampah Jakarta selalu meningkat 5% per tahun.Pemprov DKI Jakarta pun mengaku kelimpungan karena sarana-prasarana dan anggaran untuk kebersihan yang tersedia masih minim. 

Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Baruna mengatakan, volume timbunan sampah yang terkumpul di Jakarta saat ini mencapai 6.000 ton per hari.Komposisinya terbagi dua, antara sampah organik sebesar 55,37% dan sampah anorganik 44,63%.

”Namun volume tersebut bukannya berkurang, tetapi malah bertambah karena berbagai permasalahan,” kata Eko kemarin. Eko memprediksikan, volume sampah akan terus meningkat dengan rata-rata kenaikan sebesar 5% per tahun. Pada 2010 nanti,volume sampah yang menutupi kawasan Jakarta akan mencapai 6,894 ton per hari dan pada 2025 jumlahnya bisa mencapai 8,210 ton per hari.

Kenaikan tersebut tidak dapat dicegah karena berbagai kendala,di antaranya jumlah kendaraan pengangkut sampah hanya berjumlah 795 unit. ”Usia kendaraan pun sudah tidak laik jalan,karena dari 795 unit, 336 unit yang telah berusia 10–15 tahun dan 197 unit yang telah berusia di atas 15 tahun,”lanjutnya.

Ironisnya lagi,anggaran kebersihan dari tahun ke tahun semakin berkurang.Pada 2007 anggaran kebersihan mencapaiRp710miliar, sedangkantahun ini turun menjadi Rp591 miliar.Sementara tahun depan jumlahnya kembali berkurang menjadi Rp568 miliar.

”Berbagai peraturan mengenai sampah di antaranya Perda No 5/ 1988 tentang Kebersihan Lingkungan Jakarta, UU No 18/ 2008 tentang Pengelolaan Sampah,dan Perda No1/2006 tentang Retribusi daerah,” jelasnya. Tidak hanya itu, peran serta swasta dalam mengelola sampah juga belum maksimal.

Sementara kerja sama antarpemerintah daerah dalam konteks Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur ataupun regional dalam pengelolaan sampah secara bersamasama pun belum optimal. Apalagi, tidak hanya sampah domestik yang ditanggung Jakarta.

Dalam sehari, Jakarta kebanjiran sampah dariBogordansekitarnya yang mengalir dari 13 sungai. Totalnya mencapai 300–500 meter kubik per hari. Menurut Eko, secara rutin setiap hari pihaknya bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta bertugas mengangkut sampah yang terjaring di pinggir kali.

”Tidak hanya sampah keluarga,tetapi sampah bekas buangan pabrik-pabrik juga mengambang di sungai,”ucapnya. DirekturEksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta Slamet Daroyni mengatakan, penyebab belum berkurangnya volume sampah di Jakarta karena ada permasalahan kebersihan yang belum ditangani secara maksimal oleh pihak terkait.

Permasalahan itu adalah manajemen pengelolaan sampah yang masih dikelola secara konvensional, yaitu masih menerapkan sistem kumpul, angkut dan buang.”Padahal itu tidak efisien dan efektif lagi,”tuturnya. Tidak hanya itu, pemerintah kurang memberikan penegasan kepada pihak swasta agar melakukan kerja sama yang baik dalam pengelolaan sampah tersebut.

”Seperti dalam program recyclingsampah, seharusnya pihak swasta dan Departemen Perindustrian bekerja sama dengan Dinas Kebersihan untuk memaksimalkan dan menyosialisasikan program tersebut secara saksama kepada masyarakat,” ungkapnya. Proses lelang pengelolaan TPA Bantargebang dengan teknologi tinggi pun dianggap Slamet tidak dilakukan secara transparan. (neneng zubaidah)



Post Date : 18 November 2008