DKI Harus Lebarkan Saluran Drainase

Sumber:Kompas - 11 Januari 2010
Kategori:Drainase

Jakarta, Kompas - DPRD mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melebarkan saluran drainase yang berada di pinggir jalan. Saluran drainase yang ada selama ini dinilai terlalu kecil sehingga sering menyebabkan genangan saat turun hujan deras.

”Gorong-gorong yang ada selama ini sudah dibangun puluhan tahun lalu sehingga tidak cocok lagi dengan kondisi saat ini. Pemerintah perlu menganggarkan pelebaran dan perbaikan gorong-gorong agar genangan yang memicu kemacetan tidak selalu terulang,” kata Muhammad Sanusi, anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Sabtu (9/1) di Jakarta Pusat.

Hujan deras yang turun pada Kamis dan Jumat (7-8/1) lalu kembali menyebabkan genangan yang memicu kemacetan parah di beberapa ruas jalan utama di Jakarta. Genangan cepat mengering dalam 30 menit sampai 45 menit, tetapi kemacetan terjadi sampai 2,5 jam.

Masih munculnya genangan saat hujan deras disesalkan oleh banyak warga Jakarta. ”Katanya pemerintah sudah membersihkan semua saluran drainase, tetapi kok masih terjadi genangan juga? Kapan masalah-masalah seperti ini selesai secara tuntas,” kata Ruli Santoso, warga Tebet, Jakarta Selatan.

Menurut Sanusi, curah hujan yang semakin deras dan semakin banyaknya tanah yang tertutup bangunan membuat air yang mengalir ke gorong-gorong semakin banyak. Dengan lebar yang cukup sempit, air tidak mudah masuk ke saluran drainase sehingga menggenang di jalan.

Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Fachrurrozi mengakui sempitnya saluran drainase menjadi penyebab utama masih terjadinya genangan. Air hujan yang berlimpah ”antre” untuk masuk ke saluran drainase sehingga terjadi genangan.

”Saluran drainase memang ada yang perlu diperbaiki dan dilebarkan. Namun, tidak semua harus dilebarkan. Pembersihan gorong-gorong beberapa hari lalu membuat genangan air di jalan sudah lebih cepat surut dibanding sebelumnya,” kata Fachrurrozi.

Tetap terancam

Sementara itu, meskipun sebagian Kanal Timur mulai beroperasi, kawasan di sisi utara saluran air itu masih terancam banjir akibat hujan lokal karena masih buruknya saluran drainase. Menurut Fachrurrozi, kawasan Kelapa Gading, Sunter, Cakung, Semper, Marunda, dan Rorotan merupakan kawasan yang belum aman dari banjir.

”Kawasan itu sangat landai dan ada yang berada di bawah permukaan air laut sehingga air hujan sulit mengalir. Dinas PU akan membangun polder Sunter Timur 2 dan memasang pompa di Koja untuk mempercepat pengeringan genangan. Saluran drainase juga akan terus dibersihkan agar aliran air lebih cepat,” kata Fachrurrozi.

Meskipun tetap terancam banjir akibat hujan lokal, keberadaan Kanal Timur sangat membantu mengatasi banjir kiriman dari kawasan hulu. Banjir di kawasan utara Kanal Timur dipastikan tidak setinggi dan selama biasanya.

Untuk mengoptimalkan antisipasi banjir di kawasan utara Kanal Timur, Dinas PU berencana menormalisasi Kali Cakung Lama. Badan Kali Cakung Lama yang dulu selebar 20 meter kini tinggal tiga sampai empat meter karena dihuni oleh sekitar 1.000 keluarga.

Pemerintah tidak dapat memberi ganti rugi karena tanah itu tanah negara. Namun, pemerintah juga tidak berani menggusur paksa karena takut dengan konsekuensi sosialnya. ”Jika Kali Cakung Lama dapat dinormalisasi, semua saluran drainase di kawasan itu dapat dialirkan ke kali Cakung Lama. Dengan menambah pompa di sisi muara, banjir di kawasan itu lebih mudah diatasi,” kata Fachrurrozi. (ECA)



Post Date : 11 Januari 2010