DKI Prioritaskan Waduk

Sumber:Kompas - 05 Januari 2010
Kategori:Drainase

Jakarta, Kompas - Setelah membebaskan lahan untuk saluran Banjir Kanal Timur, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memprioritaskan pembangunan waduk di kawasan Halim. Waduk diperlukan untuk mendukung fungsi kanal timur tersebut.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Senin (4/1) di Balaikota DKI Jakarta, mengatakan, pembangunan waduk di kawasan Halim, Jakarta Timur, diperlukan untuk mengendalikan laju air sungai dari kawasan hulu. Air sungai ditampung di waduk agar lajunya tidak terlalu cepat saat memasuki BKT.

Di kawasan Halim terdapat enam lokasi yang akan dijadikan waduk, tetapi saat ini baru ada satu waduk di kawasan itu.

Tahun ini Pemprov DKI akan membebaskan lahan dan membangun satu waduk lagi. Dana yang disiapkan untuk pembangunan waduk itu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2010 mencapai Rp 16,6 miliar.

”Sebelum menormalisasi kelima sungai yang masuk ke saluran BKT, Pemprov akan membangun waduk Halim. Waduk di Halim dinilai lebih efektif untuk mengendalikan laju air. Tanpa waduk, kawasan sekitar Halim tetap akan mudah tergenang saat hujan,” kata Fauzi.

Pemerintah sudah menormalisasi di lima sungai sepanjang 100 meter, terutama yang dekat dengan saluran BKT. Normalisasi itu diwujudkan dengan penurapan kanan kiri sungai agar tidak terkikis.

Letak BKT yang jauh lebih rendah dari badan sungai yang ada sebelumnya membuat aliran air ke saluran itu menjadi jauh lebih cepat dan menyebabkan erosi. Normalisasi seharusnya dilakukan sepanjang badan sungai, di kelima sungai yang masuk ke BKT, agar warga sekitar sungai tak dirugikan akibat erosi.

Untuk membantu normalisasi kelima sungai, Pemprov DKI mengharapkan pemerintah pusat mempercepat pengucuran dana pinjaman Bank Dunia. Dana pinjaman sekitar Rp 1,5 triliun itu untuk mengeruk dan menormalisasi 13 sungai utama di Jakarta, termasuk lima sungai yang masuk ke BKT.

Selain normalisasi sungai dari BKT ke kawasan hulu, kata Fauzi, Pemprov DKI juga akan merawat badan sungai dari BKT ke arah laut. Badan sungai itu akan dijadikan bagian dari saluran drainase kota.

Air hujan dari berbagai saluran drainase lingkungan akan dialirkan ke saluran itu. Jika saluran itu tidak dirawat, kawasan antara BKT dan laut tetap tergenang banjir lokal saat hujan deras.

Rumah roboh

Minggu pukul 20.40, satu dari dua rumah Wagito (55) di tepi saluran air Jalan Swadaya IX, Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur, roboh karena tanahnya terkikis air. Ini adalah peristiwa kedua setelah sebagian rumah Rohimin mengalami nasib serupa, Jumat pukul 17.00. Rumah Rohimin berseberangan dengan rumah Wagito, yaitu di lingkungan RT 8 RW 1.

Robohnya rumah Wagito membuat rumah Wagito yang masih utuh di sebelahnya retak- retak. Hampir seluruh sudut tembok rumah retak-retak. Dinding satu dengan yang lain terpisah. Hal serupa juga terjadi pada fondasi rumah Bu Mawar dan rumah Pak Nurjaim (74) yang juga terletak di tepi saluran air menuju BKT.

Menanggapi hal ini, Ketua Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane Pitoyo Subandrio mengatakan, kontraktor pembangun paket 25 BKT akan memberi uang kerahiman kepada warga yang rumah dan pagarnya ambruk. Setelah kejadian ini, kontraktor akan membuat fasilitas pemecah arus air deras.

”Saya sudah minta kontraktor menebar beronjong (tatanan batu kali yang dibungkus jala kawat) sepanjang 100 meter hari ini (Senin). Setelah itu, akan dibangun inlet di sana,” ujar Pitoyo.

Diwanto, warga setempat, mengatakan, Oktober lalu, selama 10 hari, ada empat pekerja proyek menyiapkan pembangunan inlet, tetapi mereka menghilang.(ECA/WIN)



Post Date : 05 Januari 2010