DKI Siap Hadapi Banjir

Sumber:Kompas - 31 Oktober 2012
Kategori:Banjir di Jakarta
Jakarta, Kompas - Memasuki musim hujan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan berbagai langkah menghadapi banjir. Gubernur Joko Widodo, Selasa (30/10), menyatakan, Jakarta siap menghadapi banjir, baik dari segi logistik, sistem evakuasi, personel, maupun manajemen bencana.
 
”Kalau dari segi manajemen organisasi, siap. Tetapi, saya belum memberikan penekanan-penekanan, terutama bidang kesehatan, logistik, dan jalur evakuasi. Lokasi evakuasi juga harus tepat. Yang penting, moga-moga saja enggak ada banjir,” ujar Jokowi seusai mengikuti pemaparan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta di Balaikota.
 
Jokowi juga meminta agar bantuan bisa langsung disalurkan dari dinas kepada warga yang membutuhkan, tidak perlu melewati birokrasi sampai ke kelurahan dulu. Dia juga menghendaki agar respons dari instansi terkait lebih cepat.
 
Berdasarkan data BPBD DKI Jakarta, ada 65 lokasi rawan banjir. Lokasi tersebut tersebar di Jakarta Selatan (12 lokasi), Jakarta Timur (8), Jakarta Pusat (9), Jakarta Utara (19), dan Jakarta Barat (17).
 
Kepala BPBD DKI Jakarta Arfan Arkilie mengatakan, di sejumlah tempat, seperti Kampung Baru, Bukit Duri, dan Kampung Melayu, masih terjadi genangan.
 
”Kalau di Katulampa Siaga 3, sembilan jam kemudian akan ada genangan. Kalau di Depok hujan dan Siaga 3, enam jam kemudian akan ada genangan,” katanya.
 
Sebanyak 26.098 personel dari beberapa instansi telah disiagakan menghadapi banjir. Sekitar 180 sarana juga disiapkan, di antaranya pompa air, perahu karet, posko, dan sarana komunikasi.
 
Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Kian Kelana mengatakan, di 65 titik rawan banjir sudah ada dua set peralatan dapur umum. Dia memastikan, dalam waktu tiga jam setelah bencana, dapur umum sudah berdiri.
 
Dinas kesehatan juga menyiagakan dua posko kesehatan, ambulans, alat-alat kesehatan, dan obat-obatan di setiap titik rawan banjir. Penanganan penyakit pascabanjir, seperti demam berdarah dengue, leptospirosis, dan diare, juga disiapkan.
 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim hujan mulai akhir Oktober di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. ”Pertengahan November, hujan mulai turun di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Untuk Jakarta Utara, awal musim hujan diperkirakan awal Desember,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Tuwanin Mulyono.
 
Puncak musim hujan diperkirakan Januari-Februari 2013 dengan intensitas hujan sedang. Saat puncak musim hujan, diperkirakan ada potensi banjir menengah.
 
BMKG mengimbau warga agar mewaspadai angin kencang saat transisi dari kemarau ke hujan pada akhir Oktober hingga pertengahan November. Hujan lebat bisa sewaktu-waktu turun, tetapi sporadis di beberapa wilayah.
 
Warga pasrah
 
Sementara itu, warga di bantaran Sungai Ciliwung mengaku pasrah dengan ancaman banjir yang menghantui permukiman mereka. Bagi warga Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, misalnya, antisipasi banjir hanya sebatas bersiap mengungsi. Mereka tidak punya pilihan lain karena permukimannya di pinggir sungai yang kondisinya kian parah.
 
Sejumlah warga mengaku, selama puluhan tahun tinggal di tempat itu, mereka belum sekali pun melihat ada perawatan terhadap sungai, seperti pengerukan lumpur atau pembersihan sampah yang terdapat di badan sungai. ”Dari kecil sekitar tahun 1970-an sampai sekarang, saya belum pernah lihat sungai ini dikeruk. Yang ada adalah sungai tambah dangkal bertumpuk lumpur dan sampah,” kata Mei (40), warga di RT 012 RW 003.
 
Pengamatan Kompas, kemarin, di wilayah Jakarta Barat, sejumlah saluran air dan kali diwarnai tebaran sampah. Pintu penyaring air di Jalan Tubagus Angke di sekitar Pesing, misalnya. Di sisi kiri, permukaan kali tertutup tanaman eceng gondok; sedangkan di sisi kanan, permukaan kali tertutup sampah.
 
Hal serupa terjadi di ruas kali di Jelambar di seberang rumah duka. Sampah bahkan menumpuk di beberapa jembatan yang ada di sana. Sementara air kali tampak hitam pekat, sebagian tertutup tanaman eceng gondok.
 
Titik banjir berkurang
 
Wali Kota Tangerang Wahidin Halim mengatakan, penurapan, pelebaran, dan pengangkatan sampah atau normalisasi sejumlah sungai di perbatasan Kota Tangerang dengan DKI Jakarta bisa mengurangi jumlah titik rawan banjir di wilayahnya. Proyek yang dibiayai dengan anggaran dari Kementerian Pekerjaan Umum itu menurunkan jumlah titik banjir dari 25 titik menjadi 13 titik. ”Normalisasi sungai berjalan lancar sehingga titik rawan banjir menurun,” kata Wahidin.
 
Selain di Kota Tangerang, kata Wahidin, normalisasi sungai itu juga akan menurunkan jumlah titik banjir di DKI, terutama di Jakarta Barat yang berbatasan dengan Kota Tangerang.
 
Ke-13 titik rawan banjir yang sampai saat ini belum teratasi antara lain kawasan Perumahan Ciledug Indah 1 dan 2, Total Persada, Puratih, Pondok Bahar, dan Puri Kartika.
 
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang Karsidi mengatakan, anggaran normalisasi sungai dari pemerintah pusat Rp 300 miliar untuk penataan Sungai Angke, Sabi, Prancis, dan Cirarab. Targetnya, akhir 2013 Kota Tangerang bebas banjir.(FRO/RAY/PIN/WIN)


Post Date : 31 Oktober 2012