Enam DAS di NTT Mengering

Sumber:Kompas - 08 Agustus 2008
Kategori:Kekeringan

Kupang, Kompas - Enam daerah aliran sungai atau DAS di Nusa Tenggara Timur mulai mengering. Debit air yang pada musim hujan lebih dari 5.000 liter per detik kini hanya 100 liter per detik. Akibatnya, sejumlah areal persawahan tidak bisa ditanami padi karena kekeringan.

Keenam DAS tersebut adalah DAS Noelmina dan Benanain di Pulau Timor yang merupakan DAS terbesar di NTT, DAS Kambaniru dan Wanokaka di Pulau Sumba, DAS Aesesa di Ngada, dan DAS Lembor di Manggarai Barat.

Tiga DAS di antara enam DAS tersebut ditangani pemerintah pusat, yakni Benanain, Noelmina, dan Aesesa. Sementara sisanya ditangani pemerintah provinsi dan kabupaten. Pengelolaan yang dilakukan antara lain menjaga kondisi hutan di sekitar serta bekerja sama dengan masyarakat setempat mempertahankan dan melestarikan DAS.

Menurut Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi Teknis Subdinas Prasarana Sumber Daya Air dan Irigasi Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah NTT Donatus Djahur, puncak kekeringan di NTT biasanya terjadi pada Agustus-September. ”Saat ini hampir semua sumber air, termasuk DAS, mengering,” ujarnya, Kamis (7/8).

Kepala Irigasi dan Tata Guna Air Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan NTT Yohanes Tay mengatakan, debit air di sejumlah irigasi terus menurun dan ada yang kering sama sekali. Kekeringan di DAS Noelmina menyebabkan areal persawahan yang ditanami hanya 3.200 hektar dari total areal 10.196 ha di Bena.

”Akibat kekeringan, dari areal 3.200 hektar itu kini tersisa sekitar 100 hektar yang tanaman padinya masih kelihatan hijau. Areal 3.100 hektar lainnya sama sekali kering karena kekurangan pasokan air dari DAS Noelmina,” kata Tay.

Kekeringan juga melanda daerah irigasi di Flores dan Sumba. Debit air irigasi Waekelo dan Wanokaka di Sumba, misalnya, turun dari sekitar 2.000 liter per detik menjadi 120 liter per detik.

Butuh embung

Djahur menuturkan, pada tahun 1980 NTT mencanangkan 2.700 unit embung sesuai jumlah desa waktu itu. Data itu masih dalam perencanaan program pembangunan embung di NTT meski sejumlah daerah sudah dimekarkan.

Sampai 2008 baru dibangun 355 unit embung yang tersebar di Pulau Timor, Flores, Alor, Lembata, dan Rote Ndao.

”Kapasitas air per embung antara 3 juta hingga 5 juta meter kubik. Itu hanya untuk air bersih, tidak termasuk untuk pertanian dan peternakan karena kondisi air bersih di setiap desa sangat memprihatinkan,” kata Djahur.

Meluas

Di Jawa Tengah, puncak musim kemarau diprakirakan terjadi pada pertengahan Agustus hingga akhir September 2008. Hal itu dikhawatirkan akan berdampak pada meluasnya areal pertanian yang mengalami puso. Saat ini, luas areal pertanian yang puso mencapai 4.000 ha yang tersebar di 12 kabupaten/kota di Jateng.

Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang M Chaeran mengungkapkan, kekeringan banyak terjadi di wilayah Jateng bagian timur dan sebagian wilayah selatan.

Gubernur Jateng Ali Mufiz mengatakan, meluasnya daerah yang mengalami kekeringan sudah diantisipasi oleh Pemerintah Provinsi Jateng. Pemerintah daerah setempat telah memasok air bersih ke penduduk yang mengalami kekeringan parah, seperti Kabupaten Blora, Grobogan, Wonogiri, Sragen, dan Rembang.

Sementara itu, daerah lain yang mengalami kekeringan sedang meliputi Kabupaten Semarang, Demak, Boyolali, Purworejo, Kebumen, Karanganyar, Sukoharjo, Tegal, dan Pemalang.(KOR/WHO)



Post Date : 08 Agustus 2008