Gundih, Mandiri Mengolah Sampah

Sumber:Koran Sindo - 30 April 2012
Kategori:Sampah Luar Jakarta
KAMPUNG itu bernama Gundih. Berada di Jalan Margorukun Gang 6 RT.07 RW.10 Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan. Bagi warga kampung ini lingkungan sehat adalah gaya hidup. 
 
Gang hijau dekat rel kereta api di kampung ini memang sungguh menyejukkan. Jalan paving yang membelah ratusan rumah milik 175 Kepala Keluarga (KK) ini penuh dengan tanaman. Rumahrumah berjajar tanpa halaman yang luas.Namun meski kampung ini padat penduduk tapi tetap hijau. Saking hijaunya,hampir semua rumah warga kampung ini tak terlihat.Karena setiap muka rumah dijejali puluhan tanaman yang berjajar rapi di dalam pot. ”Rata-rata setiap rumah di kampung ini memiliki 20-30 tanaman,” ujar Ketua Posdaya Margorukun Makmur Moch. Fauzan. 
 
Penghijauan dengan merawat tanaman ini sudah mereka lakukan sejak 2008 lalu.Setiap tanaman butuh disiram dua kali dalam sehari setiap pagi dan sore hari. Sehingga setiap satu rumah harus mengeluarkan sekitar 100 liter air setiap harinya hanya untuk menyiram tanaman. Jika dikalkulasikan satu kampung membutuhkan 17.500 liter air setiap hari. Meski tak kesulitan air, namun jumlah ini membuat warga jadi boros air. Untuk itulah Fauzan memutar otak agar warga kampungnya tak boros air. 
 
Ia berpikir ingin memanfaatkan air limbah rumah tangga untuk didaur ulang menjadi air bersih. Dan ide inipun diterima oleh warga. Dengan dana dan tenaga swadaya, kampung ini gotong royong membuat tempat pengolahan air limbah.Air bekas mandi, cuci baju, cuci piring yang biasanya dibuang lewat saluran got dialirkan menuju sebuah tandon ukuran 2 x 1,5 meter dengan kedalaman 1,5 meter.
 
Tandon ini tertimbun di bawah jalan gang. Dengan kapasitas 4.500 liter tandon ini terbagi dalam tiga ruang.Ruang pertama menjadi tempat penyaringan yang memisahkan air dengan sampah besar seperti plastik ataupun dedaunan. Setelah tersaring, air akan dialirkan ke ruang kedua yang menjadi tempat mengendapkan lumpur dan tanah yang terlarut di dalamnya. Di ruang kedua ini terdapat serabut hijau dan juga batu coral. Sedangkan di ruang ketiga air mendapatkan proses penjernihan tahap awal. 
 
Air limbah yang telah diproses di tandon ini akan disedot dengan pompa dan menuju dua tabung filter.Tabung pertama berisi karbon aktif,arang kayu, dan arang bata. Sedangkan tabung kedua berisi batu zeolit. Setelah melewati kedua tabung, air yang mulai jernih ini dialirkan menuju tandon utama yang berisi silica,batu zeolit dan arang. Di tandon terakhir inilah air sudah menjadi jernih dan bersih kembali. Air bersih ini kemudian dialirkan kembali ke rumah-rumah warga lewat pipa sepanjang 235 meter. 
 
Air hasil daur ulang ini kemudian dimanfaatkan warga untuk menyiram tanaman ataupun mencuci sepeda motor. ”Meski airnya terlihat bersih dan jernih namun kualitasnya masih rendah sehingga tidak boleh untuk mandi, mencuci atau bahkan dikonsumsi. Namun dari penelitian yang pernah dilakukan, air ini memiliki kandungan unsur hara yang bagus untuk tanaman,” jelas Fauzan. Dari air limbah ini warga akhirnya mampu mengirit penggunaan air PDAM.”Kami sekarang lebih hemat 516 meter kubik tiap bulannya,” imbuhnya. 
 
Kini tiap pagi dan sore hari,pemandangan hijau kampung Margorukun Makmur semakin tampak.Para ibu dengan santai menyiram tanaman mereka sambil bercanda. Sayang dari total 9.600 RT yang ada di Surabaya baru satu ini saja yang beranjak untuk menghemat air dengan mengolah limbah.Bahkan tak hanya selesai dengan masalah air limbah, kampung Gundih juga sudah dapat menyelesaikan masalah sampah sejak dari rumah masing-masing.”Setiap rumah sudah menerapkan sistem pemisahan sampah sejak 2008. Sampah basah dibuat kompos dan sampah plastik ditukar menjadi uang,” kata Fauzan. 
 
Setiap rumah mempunyai dua jenis tong sampah. Satu tong untuk sampah basah dan yang lain untuk sampah kering.Sampah basah ini lalu mereka masukkan kedalam tong aerob.Di dalam tong ini bakteri aerob akan menguraikan sampah dan membongkarnya menjadi pupuk kompos yang dapat dipakai untuk menyuburkan tanaman. Sedangkan sampah kering seperti plastik,botol air kemasan, bungkus makanan instan, kertas, dan lainnya mereka kumpulkan sendiri dalam sebuah tong besar.
 
Setiap seminggu sekali sampah ini dikumpulkan di bank sampah yang dikelola oleh warga sendiri. Di sini sampah kering dikumpulkan dan dijual kepada pengepul. Hasil uangnya pun dikembalikan kepada warga dalam bentuk tabungan. Dari sini saja warga mampu mencapai omset Rp1,2 juta dari 700 kg sampah yang dihasilkan setiap bulannya.”Di sini tiap keluarga rata-rata menghasilkan 1 kg - 2,3 kg sampah setiap harinya,” ucap Fauzan yang juga selaku Ketua RT. Dengan pengolahan sampah ini mampu mereduksi 80% sampah yang ada. 
 
Dan untungnya dari 3.000 lebih RW yang ada di Surabaya sudah ada 60 RW yang juga mengolah sampahnya dan memiliki bank sampah seperti ini.”Semua RW ini sudah menghasilkan omset Rp61 juta dari bank sampah. 
 
Dan program inipun juga masih terus ditularkan ke semua RW yang ada. Begitu juga dengan pengolahan air limbahnya,”tukas Fauzan yang juga aktif sebagai Sekretaris Paguyuban Fasilitator Kampung Surabaya. oktalia ary


Post Date : 30 April 2012