Gunung Kidul Kering, Sultan Minta Maaf

Sumber:Kompas - 07 Oktober 2009
Kategori:Kekeringan

Wonosari, Kompas - Masalah kekeringan di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, belum terselesaikan. Untuk itu, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X meminta maaf dan mengharapkan swadaya masyarakat untuk mengatasi masalah air.

”Saya minta maaf karena masalah air belum terselesaikan. Air dari Bribin dan Baron tidak bisa memenuhi kebutuhan seluruh warga Gunung Kidul. PDAM juga tidak akan mampu memasang jaringan air ke seluruh Gunung Kidul,” kata Sultan HB X dalam acara syawalan dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dan ketika berbicara dengan wartawan, Selasa (6/10).

Sultan HB X menyatakan, pengatasan bencana kekeringan, terutama di wilayah Gunung Kidul, tak bisa mengandalkan bantuan luar negeri. Dua proyek pengangkatan air, yaitu di Goa Bribin yang didanai Pemerintah Jerman dan di Pantai Baron yang didanai Pemerintah Jepang, belum bisa sepenuhnya dinikmati masyarakat.

Meski pengerjaannya telah rampung, proyek pengangkatan air bersih di Pantai Baron masih menunggu proses penyerahan dari Pemerintah Jepang ke Pemerintah Indonesia. Proyek air bersih dari Goa Bribin, kata Sultan HB X, belum bisa dinikmati masyarakat karena menggunakan teknologi pembendungan sungai bawah tanah yang benar-benar baru dan satu-satunya di dunia.

Swadaya masyarakat

Menurut Sultan HB X, pemenuhan air bersih bagi warga hanya bisa tercapai lewat swadaya masyarakat. Pemerintah terus mendorong terbentuknya kelompok masyarakat pengguna air dengan memberikan stimulan dana. Tiap desa yang mengalami bencana kekeringan diharapkan bisa secara mandiri mengelola kekayaan air di wilayahnya.

Di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, menurut Bupati Gunung Kidul Suharto, sebagian desa telah mengelola air sendiri lewat badan usaha milik desa.

”Sumber mata air maupun sungai di desa, walau debitnya cuma 2 liter per detik, harus dimanfaatkan. Masyarakat bisa membentuk unit usaha pengelolaan air sendiri,” kata Sultan HB X.

Perkembangan kelompok pengelola air di DIY tergolong pesat. Pada tahun 2008, hanya ada 63 kelompok, tetapi sekarang telah berkembang menjadi 258 kelompok di seluruh DIY. (WKM)



Post Date : 07 Oktober 2009