Kekeringan Meluas di Bojonegoro dan Madura

Sumber:Koran Tempo - 18 Agustus 2009
Kategori:Kekeringan

BOJONEGORO -- Kekeringan kini melanda sejumlah kawasan di Bojonegoro dan Pamekasan, Madura. Setidaknya 61 desa di 16 kecamatan dari total 27 kecamatan di Bojonegoro kini dilanda krisis air bersih. Demikian juga 33 desa di 11 kecamatan di Pamekasan, Madura. "Saat kemarau, sumur warga desa kering dan mereka harus menunggu suplai air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)," kata Direktur Utama PDAM Pamekasan Mohammad di ruang kerjanya kemarin.

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menyiapkan tujuh unit mobil tangki yang rata-rata berkapasitas 4.000 liter. Tujuh tangki itu berkeliling dalam sepekan, menyalurkan air ke sejumlah wilayah. Tiap mobil mengirimkan dua hingga tiga tangki harinya.

Mobil itu berasal dari Dinas Tenaga Kerja, Sekretariat Daerah, Kantor Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial, dan sisanya dari PDAM Bojonegoro. "Kami juga menyiapkan gugus sosial untuk mengantisipasi bencana di wilayah ini," kata Suhadi Moelyono, Sekretaris Kabupaten Bojonegoro, kemarin.

Setidaknya, dana Rp 700 juta disiagakan untuk mengatasi bencana kekeringan dan banjir yang tiap tahun melanda wilayah mereka. Duit itu diambilkan dari pos dana darurat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2009.

Kondisi kekeringan diperkirakan meluas hingga akhir Agustus atau September mendatang. Kawasan yang dikenal langganan krisis ada di daerah selatan, seperti Gondang, Margomulyo, Kedungadem, Sekar, Ngambon, Ngasem, Tambakrejo, Ngraho, Sugihwaras, Dander, Purwosari, Kedewan, Kasiman, Kapas, Baureno, dan sebagian di Kalitidu.

Adapun di Tambakrejo, di antaranya di Malingmati, Kaliaren, Gamongan, Kalisumber, Taji, Ngrancang. Di sini, kekeringan sudah terjadi sejak dua bulan yang lalu. Kondisi ini diperparah dengan mengeringnya sungai Kali Sukorejo, yang membelah di kecamatan berlokasi sekitar 35 kilometer arah selatan Bojonegoro itu.

Di Pamekasan, kekeringan terjadi dalam tiga bulan terakhir, terutama di Kecamatan Tlanakan, Proppo, Galis dan Palengaan. Direktur Utama PDAM setempat, Mohammad, menyatakan PDAM telah memberlakukan sistem suplai tangki air langsung, dua kali dalam sepekan.

Suplai air ini gratis karena seluruh biaya ditanggung pemerintah. Yang boleh minta hanya kepala desa, atas rekomendasi camat setempat. "Program ini tak terbatas sampai kapan pun karena kekeringan sulit diprediksi sampai kapan " ujarnya.

Desa-desa yang kering itu, kata Mohammad, tak termasuk daerah cakupan pelanggan. Sedangkan PDAM terkendala dana dan minimnya sumber air baku untuk memperluas cakupan pelanggan air.

Didin, 30 tahun, salah satu warga Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, menceritakan soal krisis air yang mereka derita. Ditemui Tempo, ia baru saja beristirahat, setelah seharian membuat sumur di depan rumahnya, dengan empat orang tetangganya."Jangankan buat nyiram tanaman, buat mandi susah," katanya.

Karena itu, meski cukup menguras kantongnya, Didin nekat membuat sumur bor di sekitar rumahnya, meski ia juga tahu, sulit menemukan sumber air karena kondisi tanah di desanya banyak batu cadas dan kapur. "Sumur saya ini dalamnya 160 meter, baru dapatkan sumber air," tuturnya.

Air sumur itu, kata dia, tidak digunakan sendiri, melainkan dialirkan ke rumah keluarga, tetangga, juga untuk masjid di dekat rumah Didin. Ia mengenang, jauh sebelum membuat sumur, bila musim kemarau tiba, ia harus pergi ke desa lain untuk meminta air dengan jeriken. SUJATMIKO | MUSTHOFA BISRI



Post Date : 18 Agustus 2009