Kerusakan Hulu DAS Ciliwung Kian Parah

Sumber:Kompas - 26 November 2012
Kategori:Lingkungan
Jakarta, Kompas - Banjir kembali melanda Sungai Ciliwung dan Pesanggrahan. Hasil survei menunjukkan bencana ini akibat kerusakan parah lingkungan daerah aliran sungai dari hulu hingga hilir.
 
Hal ini disampaikan pakar hidrologi Sutopo Purwo Nugroho yang juga Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Minggu (25/11). Kerusakan DAS yang paling nyata adalah penyempitan sungai.
 
”Kali Pesanggrahan beberapa puluh tahun lalu lebarnya 30 meter. Kini tinggal sekitar 10 meter. Debet sungai 30 meter kubik per detik. Namun, ketika banjir lebih dari 100 meter kubik per detik. Akibatnya, air melimpas,” kata Sutopo. Kondisi serupa juga terjadi di Sungai Ciliwung.
 
Kerusakan di hulu Ciliwung terpantau Maulani Djajadilaga dari Kedeputian Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup. Pemantauan sejak 2004 me- nunjukkan pola curah hujan di DAS Ciliwung tak mengalami peningkatan. Namun, debit air di DAS ini saat musim hujan meningkat. ”Ini menunjukkan daya tangkap air hujan di hulu menurun,” ujar Maulani.
 
Untuk menekan banjir di hulu, daya tampung Ciliwung perlu ditingkatkan dengan merestorasi situ, membuat sumur resapan, dan membangun embung.
 
Perbaikan hulu, ujar Yun Insiani, Kepala Bidang Prasarana dan Jasa Kedeputian Pengendalian Pencemaran Lingkungan KLH, termasuk pengolahan air limbah padat dan cair, terutama di permukiman. Kajian tahun lalu menunjukkan sekitar 80 persen limbah cair dari hulu merupakan limbah domestik.
 
Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dalam sepekan mendatang, kondisi cuaca diperkirakan belum berubah. Hujan lebat turun, berdampak banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah.
 
Demikian Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono Prabowo, Minggu, di Jakarta.
 
Sebagian besar wilayah Jawa dan Laut Jawa menjadi daerah aktif pembentukan awan yang berpotensi mendatangkan hujan lebat sepekan mendatang. Mulyono mengatakan, wilayah itu menjadi daerah konvergensi (pertemuan) angin dari utara dan selatan. Selain itu dipengaruhi daerah tekanan rendah di Samudra Hindia sebelah barat daya Sumatera. Potensinya belum berubah menjadi bibit siklon, tetapi menimbulkan efek sama.
 
Ada pula daerah pusaran angin tertutup di Selat Karimata yang memengaruhi peningkatan pertumbuhan awan. (YUN/NAW)


Post Date : 26 November 2012