KLB Diare, 2 Meninggal dan 41 Dirawat

Sumber:Kompas - 13 Januari 2007
Kategori:Sanitasi
Lubuk Basung, Kompas - Kasus diare di sejumlah nagari di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, per 12 Januari 2007 telah menelan korban 2 orang meninggal dunia dan 41 orang dirawat.

Bupati Agam Aristo Munandar kepada Kompas, Jumat (12/1) di Lubuk Basung, mengatakan, "Ini persoalan serius. Kami langsung menetapkan kasus diare ini sebagai KLB (kejadian luar biasa) diare. Semua elemen sudah digerakkan, melakukan penyisiran ke semua rumah. Apabila menemukan warga terkena diare, langsung kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Agam."

Dikatakan, kasus diare ini sudah diketahui sejak 30 Desember 2006 saat ditemukan lima kasus di Mangopoh. Dua hari kemudian di Batu Kambing ditemukan enam kasus. Sejak itu, lanjut Aristo, tim kesehatan dibantu unsur masyarakat lainnya dikerahkan melakukan pengecekan dan penyuluhan dari rumah ke rumah.

"Di Dadok, Kecamatan Lubuk Basung, Rabu (10/1) malam ditemukan kasus diare, dengan tiga orang meninggal. Dua orang betul karena diare, yaitu Muliati (28) dan Chika Chania (7). Seorang lagi, Zakir (80), meninggal karena komplikasi penyakit lain, bukan diare," tutur Bupati Aristo.

Dia menyebutkan, setelah itu di Ampek Nagari, Lubuk Basung, Tanjung Mutiara, dan Tanjung Raya juga ditemukan sejumlah kasus, 5 kasus hingga 6 kasus baru setiap hari.

Kini juga dilakukan koordinasi lintas sektoral terkait dan masyarakat. Posko-posko penanggulangan sudah disiagakan 24 jam di setiap nagari. Sarana transportasi puskesmas keliling juga disiapkan. Obat-obatan sudah didistribusikan. Penderita yang dirujuk ke rumah sakit seluruh biayanya ditanggung Pemerintah Kabupaten Agam," ujar Aristo.

Untuk mengetahui penyebab KLB diare ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Agam mengambil sampel makanan dan sampel air untuk diteliti di laboratorium.

Bupati Aristo mengakui bahwa persoalan utama di daerah-daerah berjangkitnya diare adalah soal air bersih. Kini di daerah atau nagari sudah dipasok air bersih dengan mobil tangki, tetapi belum mencukupi.

Satu balita meninggal

Kasus demam berdarah kembali menimpa Kota Kupang. Satu balita meninggal dari 16 penderita anak di kota itu. Para pasien dirawat di RSUD WZ Yohannes dan RS Bhayangkara Kupang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang dr Dominggus Sarambu di Kupang mengatakan, jumlah tersebut merupakan akumulasi dari akhir Desember 2006 hingga 10 Januari 2007. Korban meninggal karena terlambat dibawa ke rumah sakit.

"Banyak yang belum paham gejala demam berdarah meski tahu panas tinggi yang dialami anak balita 2-3 hari berturut-turut itu sangat berbahaya. Padahal, sosialisasi terus dilakukan setiap musim hujan dan kemarau," kata Sarambu. Jumlah pasien yang dirawat sekitar delapan orang.

Demam berdarah disebabkan gigitan nyamuk aedes aegipty yang biasanya hidup dan berkembang biak di genangan air di tempat penampungan terbuka. Sarambu mengatakan bahwa musim hujan di NTT berlangsung sampai Maret 2007. Mencegah penularan bisa dengan cara 3M, yaitu menguras bak air, mengubur kaleng bekas, dan menutup tempat-tempat yang bisa menampung air. (KOR/NAL)



Post Date : 13 Januari 2007