Korban Banjir di Aceh Bertambah 20 Tewas dan 10 Orang Hilang

Sumber:Media Indonesia - 29 April 2005
Kategori:Aceh
BANDA ACEH (Media). Korban banjir bandang di Aceh Tenggara, Nanggroe Aceh Darussalam terus bertambah. Upaya penyelamatan dan evakuasi oleh tim SAR terhambat karena akses jalan ke lokasi terputus.

Sampai kemarin, jumlah korban meninggal yang sudah ditemukan sebanyak 20 orang dan sedikitnya 10 orang lain dinyatakan hilang. Jenazah korban sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum (RSU) Sahudin, Kutacane, ibukota Aceh Tenggara. Sebanyak 28 warga lainnya luka-luka.

Banjir bandang yang terjadi pada Rabu (27/4) dinihari tersebut menimpa tiga desa, yakni Lawe Mengkudu, Lak Lak, dan Jongar di Kecamatan Badar. Banjir kiriman tersebut terjadi akibat hujan terus-menerus di wilayah Taman Nasional Gunung Leuser, sehingga air turun secara tiba-tiba melalui Sungai Alas yang melintasi tiga desa tersebut.

Bencana itu juga menyebabkan 59 rumah hanyut, ratusan rumah lain rusak, dan ratusan jiwa mengungsi ke daerah aman. Kerugian material diperkirakan mencapai miliaran rupiah.

Seorang personil Brimob asal Yogyakarta yang sedang bertugas di Desa Mengkudu, Bripda Agus Purwanto,20, termasuk di antara korban tewas. Jenazah korban telah diterbangkan ke kampungnya di Yogyakarta dan telah dimakamkan kemarin.

Menurut pantauan Media di lokasi bencana kemarin, ratusan warga masih tampak panik dan khawatir banjir susulan kembali datang. Sebagian warga, dibantu sukarelawan, juga terus melakukan pencarian korban tewas dan hilang dengan menelusuri Sungai Alas dan mengevakuasi mayat yang ditemukan.

Selain menyebabkan korban jiwa harta dan lainnya, beberapa sarana umum seperti jembatan dan jalan raya juga rusak total. Ruas jalan di Desa Lak-lak dan Jongar putus tergerus arus Sungai Alas. Begitu juga, jembatan di Desa Lawe Ger-Ger terputus dan tertimbun lumpur.

Kepala Satuan Pelaksana Penanganan Bencana dan Pengungsi (Satlak PBP) Aceh Tenggara Darmansyah Selian kepada Media menjelaskan upaya evakuasi dan penyelamatan korban terhambat karena sulitnya medan dan putusnya beberapa ruas jalan utama menuju lokasi bencana. Hujan yang terus mengguyur kawasan itu sampai kemarin juga membuat upaya pertolongan korban kurang lancar.

"Hubungan darat dari Kutacane ke Gayo Lues di lokasi bencana putus total dan diperkirakan baru kembali normal dalam seminggu ini," kata Darmansyah yang juga Wakil Bupati Aceh Tenggara.

Di Banda Aceh, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh Bambang Antariksa kemarin mengatakan faktor penyebab terjadinya bencana banjir tersebut diperkirakan karena curah hujan yang tinggi dan diperburuk kondisi hutan di sub-daerah aliran sungai Lawe Gerger, Lawe Mengkudu dan Sungai Alas yang terdegradasi oleh aktivitas illegal logging.

Menurut Bambang, kekhawatiran akan terjadi bencana banjir telah lama dicemaskan oleh masyarakat di Aceh Tenggara. Mereka melihat tingginya aktivitas penebangan liar dan perambahan hutan di daerah itu, namun terkesan dibiarkan oleh aparat setempat.

Menurut catatan Walhi Aceh, saat ini ada 12 kilang kayu yang aktif beroperasi di Kabupaten Aceh Tenggara.

Menanggapi tudingan Walhi, pelaksana Gubernur Aceh Azwar Abubakar menyatakan, bencana di Aceh Tenggara tersebut bukan akibat penebangan kayu. "Lokasi musibah tersebut masuk dalam kawasan taman nasional yang dilarang ada HPH," katanya saat menghadiri upacara serahterima jabatan Pangdam Iskandar Muda di Banda Aceh, kemarin.

Selain itu, kata Azwar, air bah yang datang secara tiba-tiba itu berasal dari puncak gunung yang tidak mungkin ada penebangan kayu, karena lokasinya sangat curam.

Menurut dia, musibah tersebut murni bencana alam, mengingat dalam beberapa hari terakhir curah hujan di kawasan tersebut sangat tinggi. (HP/X)

Post Date : 29 April 2005