KREATIF DENGAN SAMPAH

Sumber:Republika - 29 Februari 2012
Kategori:Sampah Jakarta
Sampah selalu menjadi persoalan bagi kota-kota besar, seperti Jakarta. Volume sampah yang di hasilkan oleh warga jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah sampah yang bisa ter angkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Akibatnya, banyak sampah yang menumpuk dan menjadi masalah serius.
 
Melihat kondisi tersebut, sejumlah perusahaan kini mengarahkan program Corporate Social Responsibility (CSR) untuk menangani masalah sampah. Dengan slogan `Sampah bisa bernilai lebih', mereka mengajak masyarakat mendaur ulang sampah dan memanfaatkannya untuk pupuk dan keperluan lainnya.
 
Manajer Corporate Sustainability Bank BNI Leonard Panjaitan mengatakan, saat ini volume sampah di Sungai Ciliwung semakin banyak. Hal tersebut harus diminimalisasi sehingga tidak menyebabkan banjir. Pengurangan sampah di Kali Ciliwung bisa lakukan, antara lain dengan mengajak warga di sekitar sungai tersebut untuk mendaur ulang sampah plastik. “Kami mengajak warga untuk mengumpulkan sampah plastik dari Sungai Ciliwung lalu mendaur ulang menjadi biji plastik,“ katanya di Jakarta, akhir pekan lalu.
 
Untuk mendorong kegiatan tersebut, BNI memberikan bantuan gerobak motor, mesin pencacah plastik, dan bangunan bagi mesin pencacah plastik di Kelurahan Sempur, Bogor, Jabar. Bekerja sama dengan Komunitas Peduli Ciliwung (KPC), warga diajak untuk mengumpulkan dan mendaur ulang sampah plastik. Biji plastik ini kemudian dijual ke pengumpul dengan harga yang lumayan tinggi. “Oleh pabrik, biji plastik kemudian diolah menjadi berbagai macam produk dari plastik,“ ujarnya.
 
Lewat cara ini, kata Leonard, sampah plastik, seperti plastik kresek dan bekas botol minuman bisa dikurangi. Selain itu, sampah plastik juga memiliki nilai ekonomis dan memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat.
 
Ketua KPC, Een Irawan Putra menambahkan, pihaknya senang bisa bekerja sama dengan Bank BNI untuk mengajak warga mengelola sampahnya sendiri dengan cara daur ulang. KPC sejauh ini sudah mela kukan sosialisasi ke berbagai kelurahan di sekitar Sungai Ciliwung tentang pentingnya mengelola sampah secara mandiri dan berhenti membuang sampah di kali. Dengan mengumpulkan dan mendaur ulang sampah plastik, kata dia, warga turut membersihkan Sungai Ciliwung dan sekaligus menambah penghasilan.
 
Sebab setiap plastik transparan yang telah dicacah bisa dijual dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kg. “Tingginya harga plastik cacah ini diharapkan semakin menarik minat warga untuk mengumpulkan sampah dari Sungai Ciliwung,“ papar Een. Program ini juga diharapkan bisa mengurangi kebiasaan warga membuang sampah ke kali.
 
Ia mengharapkan lebih banyak lagi perusahaan yang peduli terhadap masalah sampah, bukan hanya plastik, tapi juga jenis sampah lainnya. Sebab lewat cara mendaur ulang, sampah akan teratasi dan tidak lagi menjadi barang yang tidak berharga. “Sampah bisa menjadi masalah, tapi kalau dikelola dengan baik akan bermanfaat dan menambah penghasilan bagi warga,“ katanya.
 
Limbah tahu 
 
Daur ulang sampah juga menjadi perhatian Bank Mandiri dalam program CSR-nya. Team Leader Branch Network Development Distribution Network I Group Bank Mandiri Sri Dono Indarto mengatakan, sebagai kelan jutan program kali bersih, pihaknya berencana mela kukan daur ulang limbah pabrik tahu.
 
Menurut kajian Ba dan Penerapan Peng kajian Teknologi (BP PT), limbah pabrik tahu bisa menghasilkan gas rumah tangga. “Selama ini limbah pabrik tahu sering dibuang ke sungai. Makanya, dari pada dibuang dan m e n c e m a r i lingkungan, kami mengajak pengelola pabrik tahu untuk mendaur ulang lim bahnya agar meng hasilkan gas,“ ka tanya.
 
Saat ini, pihaknya akan menjajaki kemungkinan kerja sama dengan lima pabrik tahu yang berada di sekitar Kali Bekasi. Dengan bantuan Bank Mandiri, para pengelola pabrik tahu tersebut akan mengolah limbahnya menjadi gas yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
 
Guna mendorong rencana tersebut, bank BUMN ini akan memberikan bantuan berupa mesin pengolah limbah pabrik tahu. Lewat program ini diharapkan pabrik tahu bisa memanfaatkan gas untuk kebutuhan sendiri. “Dari pada membeli gas, seperti selama ini, mereka nantinya bisa menggunakan gas yang mereka hasilkan sendiri untuk memasak atau membuat tahu,“ katanya.
 
Pabrik tahu, kata Dono, juga bisa menjual sisa gasnya kepada pihak lain. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan tambahan penghasilan. Dalam waktu bersamaan, pencermaran bisa dikurangi karena pabrik tahu tidak lagi membuang limbahnya ke sungai. Dyah Ratna Meta Novia


Post Date : 29 Februari 2012