Luapan Air Mengancam

Sumber:Kompas - 11 Oktober 2012
Kategori:Drainase
Jakarta, Kompas - Banjir akibat luapan air dari saluran dan sungai di Jakarta masih akan membayang-bayangi warga. Proyek rehabilitasi beberapa kali dan saluran air yang sejak lama didengung-dengungkan masih dalam tahap lelang. Pengerjaan proyek kemungkinan baru dapat dilakukan awal tahun depan.
 
Bahkan, pada Rabu (10/10) pagi, dalam kondisi cerah dan limpasan air dari hulu normal, air Sungai Ciliwung mulai meluap dan menggenangi kawasan bantaran di Kampung Melayu Kecil dan Kampung Pulo.
 
Persis seperti yang terjadi saat Kalibaru meluap dan menggenangi kawasan Cililitan, beberapa hari lalu, Sungai Ciliwung pada Rabu pagi juga meluap begitu saja tanpa ada tanda-tanda banjir kiriman.
 
Padahal, pada indikator peringatan dini banjir kiriman yang terpasang di Kampung Melayu Kecil, Tebet, Jakarta Selatan, tiga pintu air bagian hulu Sungai Ciliwung masih berada dalam kondisi normal. Disebutkan, ketinggian air di Katulampa 70 meter. Banjir kiriman biasanya baru terjadi di Jakarta kalau ketinggian air di pintu air mencapai 100 meter.
 
Menurut Rahmawati, salah seorang ketua RT di Kampung Melayu Kecil, warga di bantaran sudah mulai waspada dengan luapan Sungai Ciliwung.
 
”Seperti beberapa tahun sebelumnya, banjir Kali Ciliwung biasanya diawali dengan luapan meski itu baru menyebabkan genangan,” katanya.
 
Menurut Rahmawati, melihat indikator ketinggian air pada beberapa pintu air yang cenderung normal, semestinya tidak terjadi luapan pada Sungai Ciliwung. Akan tetapi, jika melihat sampahnya, lanjutnya, luapan diperkirakan terjadi akibat sungai dari tahun ke tahun terus dipenuhi sampah.
 
”Di kampung kami pun, sampah masih menjadi masalah. Warga tetap membuang sampah ke kali,” katanya.
 
Menurut Rahmawati, kebiasaan membuang sampah ke sungai bukan semata kesalahan warga. Hal itu juga disebabkan oleh pemerintah yang tidak pernah menyediakan sarana pembuangan sampah di kampung.
 
Di Kampung Pulo, Jatinegara, warga menghadapi masalah yang sama. Di kampung itu tidak tersedia sarana pembuangan sampah sehingga warga membuang sampah di Sungai Ciliwung.
 
”Inginnya, sih, ada pengolahan sampah di kampung. Kami juga sadar, sampah yang menyebabkan Kali Ciliwung selalu banjir setiap kali musim hujan,” ujar Sidik (50), warga Kampung Pulo.
 
Proyek pengerukan kali
 
Proyek rehabilitasi sejumlah kali dan saluran air, yaitu Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI), juga belum bisa dilaksanakan tahun ini.
 
Bank Dunia belum memberikan persetujuan peserta tender. Kerja sama kontrak pengerjaan proyek kemungkinan baru dapat direalisasikan awal tahun depan.
 
”Proyek ini memang tergantung dari Bank Dunia. Mereka memiliki ketentuan sendiri dengan syarat dan tahapan yang panjang,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Ery Basworo, kemarin.
 
Awal Juli lalu, mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menargetkan tahap pertama proyek pengerukan 13 kali di Jakarta ini bisa dilaksanakan pada Oktober 2012. Proyek yang dilakukan bertahap dalam tujuh paket ini menggunakan dana pinjaman senilai 176,1 juta dollar AS (sekitar Rp 1,65 triliun).
 
Beberapa titik yang akan direhabilitasi di antaranya Cengkareng Drain, Kali Sunter, Gunung Sahari Drain, Waduk Melati, dan Cideng Thamrin Drain. Proyek ini semula diharapkan bisa mengurangi banjir Jakarta hingga 30 persen.
 
Kendati demikian, Dinas PU DKI Jakarta menyatakan tidak akan tinggal diam. Pembersihan saluran air tetap dilakukan dengan mengerahkan lima ekskavator dan tim petugas banjir di tiap-tiap wilayah.
 
”Kami siap menghadapi ancaman banjir,” kata Ery.
 
Bastari, Kepala Bidang Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Kementerian Pekerjaan Umum, membenarkan, tahapan proyek masih usulan peserta tender. Menurut dia, penggunaan dana pinjaman dari Bank Dunia memang tidak semudah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
 
Pompa gagal tender
 
Mayoritas pembangunan pompa pengendali banjir dan normalisasi saluran di Jakarta Utara, yang menjadi kawasan hilir beberapa saluran di Jakarta, pada tahun 2012 juga belum berjalan karena gagal tender.
 
Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Utara Sisca Hermawati menyebutkan, faktor teknis dan administrasi menjadi penyebab kegagalan lelang. Namun, dia enggan merincinya. ”Panitia Lelang Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta lebih berkompeten menjawab hal itu,” ujarnya.
 
Sebelumnya, proyek ini diharapkan dapat mengurangi titik genangan di Jakarta Utara dari 22 titik menjadi 17 titik.
 
Daerah yang diprediksi masih rawan tergenang adalah kawasan Kamal pantai, Kapuk Muara, Teluk Gong, Muara Baru, Ampera Budimulya, Danau Sunter Barat dan Selatan, Gaya Motor, Swasembada, Camar, dan Kalibaru.(MKN/WIN/NDY)


Post Date : 11 Oktober 2012