Mendaur Ulang Limbah Rumah

Sumber:Kompas - 21 Mei 2011
Kategori:Air Minum

Mana yang akan Anda pilih? Air bersih hasil daur ulang dari septictank rumah tangga atau air bersih dari sungai yang mengandung logam berat, sampah rumah tangga dan rumah sakit, kotoran manusia dan hewan, ditambah segala limbah buangan pabrik.

Teknologi daur ulang air limbah domestik dari 18 rumah tangga di Rumah Susun Jalan Suling-Jalan Reog, Turangga, Kota Bandung, sudah menghasilkan air bersih yang memenuhi standar baku mutu keperluan umum dan pertanian.

Air daur ulang hasil penelitian Elis Hastuti, Ida Medawati, Ida Yudiarti, dan R Pamekas, dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2010 di rusun itu nilai biological oxygen demand (BOD) 6 – 8 mg/L dan chemical oxygen demand (COD) 20-33 mg/L.

”Kualitas air itu memenuhi standar air daur ulang untuk pertanian atau keperluan umum. Namun, warga rusun belum berani menggunakan,” kata Elis Hastuti dan Ida Medawati di Rusun Turangga, Bandung pertengahan Mei lalu.

Penggunanya justru para pemulung sampah di sekitar lokasi itu. Air hasil daur ulang digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk mencuci muka.

Jenis air kedua, biasa digunakan oleh jutaan warga DKI Jakarta yang memanfaatkan air Sungai Citarum. Menurut penelitian Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat (BPLHD), di daerah aliran Sungai (DAS) Citarum tidak ada satu lokasi pun yang memenuhi kriteria mutu air kelas II (air baku untuk air minum).

Air Sungai Citarum sudah tercemar berat. Sekitar 40 persen limbah di Citarum merupakan limbah organik dan rumah tangga. Sisanya limbah kimia dari industri dan perternakan serta pertanian. Air Citarum mengalir ke Waduk Saguling, lalu turun ke Waduk Cirata dan Jatiluhur. Kemudian dari Waduk Jatiluhur, air mengalir ke hilir melalui Bendung Curug yang membagi air ke irigasi Tarum Barat dan Tarum Timur. Tarum Barat mengalirkan air untuk bahan baku air minum warga DKI Jakarta yang dikelola Aetra Jakarta dan PT Palyja.

Beberapa filter

Di Rusun Turangga, Bandung, pengolahan air limbah menggunakan sistem biofilm yang melekat dengan sistem anaerob-aerob.

Proses aerobik dilakukan dengan oksigen terlarut di dalam reaktor air limbah, sedangkan proses anaerobik dilakukan tanpa ada oksigen dalam reaktor air limbah. Adapun proses kombinasi anaerob-aerob untuk menghilangkan kandungan nitrogen di dalam air limbah.

Mula-mula air buangan dari 18 rumah tangga di Rusun itu dialirkan ke satu tangki septik (upflow anaerobic sludge blanket). Dari sana dialirkan ke beberapa bak pengolahan yang terdiri dari beberapa filter dengan media plastik bola dan gulungan tali plastik, serta media kerak kelapa sawit. Pengolahan air dilanjutkan dengan filtrasi pasir-karbon dan membran ultrafiltrasi serta desinfeksi air olahan menggunakan ultraviolet sehingga menjadi air bersih.

Terakhir, air disedot dengan pompa air listrik masuk ke tabung logam pengendali pH air.

Nilai peralatan untuk mendaur ulang sekitar Rp 150 juta. Mahalnya harga peralatan karena menggunakan pompa jet dan tabung logam. Biaya akan lebih murah bila air dialirkan melalui sistem gravitasi.

Krisis air

Indonesia sudah meratifikasi Konvensi tentang Pengendalian Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan Hidup. Sektor sanitasi secara nasional mencapai 51,02 persen, yaitu perkotaan 69,55 persen dan pedesaan sebesar 34 persen. Namun, pencapaian target Pembangunan Milenium di sektor sanitasi belum diimbangi peningkatan kualitas lingkungan permukiman.

Pembuangan air limbah dari instalasi pengolahan limbah, baik yang terpusat maupun setempat dari masing-masing penduduk, banyak yang belum memenuhi persyaratan. Indikasinya, meningkatnya pencemaran terhadap sumber-sumber air baku air permukaan maupun air tanah. Bakteri E coli yang digunakan sebagai indikator pencemaran telah mencemari lebih dari 90 persen sumur penduduk di DKI Jakarta dan beberapa kota besar lain.

Persoalan air baku permukiman semakin kompleks. Ini mengakibatkan semakin langkanya air baku yang aman. Kajian global kondisi air di dunia memproyeksikan bahwa pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara.

Krisis diperkirakan juga akan melanda Indonesia akibat kesalahan pengelolaan air (World Water Forum II, 2000). Diperkirakan 3-5 tahun mendatang kota-kota metropolitan akan menghadapi masalah serius akibat terbatasnya sumber air baku. Penerapan teknologi daur ulang air limbah merupakan upaya strategis dalam mengatasi kekurangan air, perlindungan lingkungan, dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Dedi Muhtadi



Post Date : 21 Mei 2011