Menguji Kandungan Air Kali Code

Sumber:Kompas - 02 Maret 2007
Kategori:Sanitasi
Alat disolved oxygen meter menunjuk angka 10 tatkala tim dari Environmental Services Program memasukkan salah satu ujungnya ke dalam air Kali Code yang berwarna kekuningan karena bercampur lumpur. Nilai itu menunjukkan ada kandungan 10 miligram oksigen terlarut dalam satu liter air kali.

Sebuah kandungan oksigen yang cukup besar, mengingat di dua tempat lain angkanya lebih kecil. Pada pengukuran di sumur warga (di dekat kali), tim mendapati kandungan oksigen 7,0 miligram per liter (mgpl) dan di saluran akhir instalasi pengelolaan limbah rumah tangga (ipal komunal) yang masuk ke sungai 0,8 mgpl.

"Jumlah oksigen di Kali Code masih cukup besar. Batas kandungan oksigen normal pada air mengalir hanya 6,0 mgpl," ujar M Sigit Widodo, Konsultan Pengelolaan Air Environmental Services Program (ESP).

Kamis (1/3), tim ESP bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (Dinas LH) Kota Yogyakarta melakukan pengujian kuantitas dan kualitas air, terutama menyangkut komponen fisik, kimia, dan biologis. Sampel air diambil dari tiga lokasi yang berdekatan di wilayah RT 37 RW 8 Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta.

Selain oksigen, tim juga memperoleh data komponen kimia lain, seperti nitrat 1,0 mgpl, nitrit 0,01 mgpl, besi 0,2 mgpl, posfat 2,75 mgpl, dan tingkat keasaman air (PH) 7,62. "Kandungan bahan kimia seperti ini biasa terkandung di dalam air yang mengalir. Bahkan, di sungai yang banyak batuannya, maka kandungan besinya lebih tinggi," tutur Sigit.

Kondisi hampir sama ditemukan di sumur milik warga dan ipal. Di sumur, kandungan nitritnya mencapai 0,01 mgpl, posfat 2,69 mgpl, besi 0,1 mgpl, serta PH 6,87. Demikian halnya pada ipal, kandungan nitritnya 0,01 mgpl, nitrat 5,6 mgpl, fospat 2,66 mgpl, Besi 0,3 mgpl, dan PH 7,0.

"Yang menarik, di sumur, angka nitratnya sedikit lebih tinggi dibanding sungai. Mungkin ada kontribusi sampah dan bahan organik lain, seperti dedaunan, yang masuk ke air melalui pori-pori tanah," tutur Sigit.

Angka nitrat dan nitrit yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, salah satunya penyakit blue baby, yakni tubuh bayi menjadi biru.

Sayangnya, dari data-data yang berhasil dikumpulkan belum bisa ditarik kesimpulan apakah kualitas air telah menurun atau tidak. Data yang ada akan dianalisis lebih lanjut dan dipadukan dengan data- data penunjang yang dimiliki instansi lain, termasuk milik Dinas LH.

Untuk menentukan kualitas air, harus dilakukan penelitian berkala dan memerlukan waktu berbulan-bulan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah ada kecenderungan yang sama dari waktu ke waktu.

Kepala Seksi Pemulihan Lingkungan dan Pengelolaan Air Limbah Dinas LH Kota Yogyakarta Pieter L mengatakan saat ini sumur warga Yogyakarta ada yang tercemar bakteri E-coli cukup tinggi.

Pencemaran E-coli terjadi lantaran banyak bangunan septic tank yang tidak kedap air sehingga kotoran bisa merembes masuk dalam tanah. "Selain itu, jarak septic tank dengan sumber air kurang dari jarak yang dianjurkan, yakni 10 meter. Ini memang menjadi kendala tersendiri," tutur Pieter.

Dikatakan, saat ini ada 43 buah ipal komunal, yakni instalasi pengelolaan limbah yang bisa dimanfaatkan sekitar 100 kepala keluarga.

Pieter juga mengimbau kepada warga yang bermukim di dekat assinering (jaringan limbah rumah tangga berupa perpipaan memanjang hingga ke pembuangan akhir di Sewon, Bantul) untuk memanfaatkan fasilitas ini. Mereka bisa membuang limbahnya melalui saluran assinering. (WER)



Post Date : 02 Maret 2007