Menyikapi Bencana Alam

Sumber:Republika - 10 Februari 2004
Kategori:Umum
Dalam sebulan terakhir ini, berbagai bencana alam melanda tanah air kita. Mulai dari banjir, tanah longsor, badai, sampai gempa bumi mendera bergantian mengakibatkan puluhan orang meninggal. Di Purworejo setidaknya 15 orang tewas diterjang tanah longsor. Belum lagi korban materiil seperti hewan, belasan rumah ambruk, dan beberapa mobil yang hancur.

Di Bali, lebih dari 500 rumah hancur diterjang badai. Hal serupa terjadi di beberapa wilayah di Jawa Timur, hujan besar disertai angin kencang menyebabkan banjir dan menenggelamkan ratusan rumah. Terakhir kita dengar bencana gempa bumi di Nabire, Papua. Gempa dengan kekuatan 6,91 skala Richter tersebut menewaskan setidaknya 27 orang dan menghancurkan ratusan rumah dan tempat ibadah.

Berbagai bencana tersebut membuat kita prihatin. Betapa alam yang ada di sekitar kita menyimpan bahaya yang demikian besar, yang menewaskan ratusan orang, menghancurkan ribuan rumah, dll. Salah siapakah sehingga bencana alam itu terjadi dan memakan demikian banyak korban? Dilihat dari jenis bencana dan jatuhnya korban, maka bisa dipilah menjadi dua, yakni bencana yang sama sekali tak bisa dihindari dan bencana yang bisa dicegah atau setidaknya dikurangi dampaknya.

Bencana seperti gempa dan badai merupakan fenomena alam yang tidak bisa dicegah. Keduanya bisa datang kapan saja tanpa permisi. Untuk badai sedikit banyak memang bisa diramalkan kedatangannya, tetapi untuk gempa sampai saat ini masih belum ada alat yang mempu mendeteksi kapan akan datang. Apa yang bisa dilakukan dalam menghadapi bencana ini, terutama gempa, adalah mengurangi kemungkinan korban. Kita tidak mampu mencegah gempa, meramalkan kapan datang pun tidak bisa.

Sementara menjauhkan permukiman dari lokasi gempa juga tidak mungkin. Bagaimana meminimalkan korban gempa? Mendirikan bangunan tahan gempa. Seperti yang dilakukan Jepang, negeri yang acap dilanda gempa tersebut, sangat serius dalam mempelajari dan menerapkan bangunan tahan gempa. Mereka tidak menghindari, tetapi mencegah dan meminimkan jatuhnya korban. Begitu juga dengan badai. Sekalipun sedikit banyak bisa diramalkan kedatangannya karena berkaitan dengan cuaca menghindari badai juga tidak mungkin.

Langkah yang bisa dilakukan hanyalah mencegah jatuh korban lebih banyak. Lain halnya dengan banjir dan longsor. Sekalipun ini bencana alam, tetapi manusia memiliki peran besar atas terjadinya musibah tersebut. Pengelolaan alam yang sembrono menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir dan longsor. Pembabatan hutan secara membabi buta, baik untuk sekadar diambil kayunya atau untuk memperluas ladang pertanian (terutama di pegunungan) menyebabkan air tidak terserap ke dalam tanah.

Sehingga ketika terjadi hujan besar, air akan meluncur dipermukaan tanah yang pada gilirannya mengakibatkan banjir dan longsor. Beruntunnya bencana alam pada 2004 ini semestinya menjadi pelajaran buat kita semua. Ada bencana yang terjadi di luar kekuasaan manusia, tetapi banyak bencana alam yang terjadi tak lepas dari sumbangan atas ulah manusia. Bencana atas ulah manusia itulah yang semestinya bisa dicegah.

Post Date : 10 Februari 2004