Normalisasi dan Drainase Mikro Atasi Banjir

Sumber:Kompas - 28 Desember 2011
Kategori:Drainase
Jakarta, Kompas - Menjelang puncak musim hujan Januari mendatang, banyak daerah perkotaan di Indonesia mulai dilanda banjir dalam beberapa hari terakhir. Daerah itu, antara lain, Pekanbaru, Riau; Bandung, Jawa Barat; Palembang, Sumatera Selatan; dan Demak, Jawa Tengah.
 
Bencana ini antara lain disebabkan pendangkalan dan buruknya sistem drainase. Kondisi inilah yang menyebabkan meluapnya air sungai hingga menggenangi bantaran sungai.
 
Untuk mengurangi dampak bencana, perlu dilakukan normalisasi sungai, drainase mikro, dan pembangunan sumur resapan. Hal ini dikemukakan pakar lingkungan dan hidrologi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Arie Herlambang, Selasa (27/12), di Jakarta.
 
Banjir akibat meluapnya air Kali Krukut yang melanda kawasan Pondok Labu, Jakarta, beberapa bulan terakhir, akan mulai diatasi dengan normalisasi kali, yaitu melebarkan kali itu hingga 2 meter dari kondisi saat ini.
 
Pelebaran Kali Krukut akan dilakukan pihak Marinir TNI AL bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Proyek tersebut dilaksanakan hingga 31 Januari 2012.
 
Menurut pakar hidrometeorologi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, akibat erosi dalam kurun waktu lama di kawasan hulu daerah aliran Kali Krukut, kali itu mengalami pendangkalan dan penyempitan, dari lebar 12 meter kini tinggal sekitar 4 meter.
 
Subsiden
 
Selain normalisasi kali dan danau, menurut Arie, perlu dilakukan drainase mikro di daerah cekungan. Hasil survei yang dilakukan menunjukkan, kawasan yang berpotensi mengalami genangan adalah bagian tengah atau pusat Jakarta.
 
Karena itu, sistem drainase yang perlu dilakukan di kawasan itu adalah memanen air hujan dan memasukkan ke dalam sumur resapan atau memasang pompa untuk menyuntikkan air ke dalam saluran air tanah dangkal. Cara ini sekaligus dapat mengatasi subsiden di daerah itu, menurut Arie yang juga pakar lingkungan dan hidrologi.
 
Potensi banjir
 
Pada masa mendatang, menurut Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Edvin Aldrian, potensi banjir akan semakin tinggi di Indonesia. Hal ini terjadi akibat perubahan iklim. ”Curah hujan akan semakin tinggi pada musim hujan, sedangkan musim kemarau makin kering,” ujarnya.
 
Data peningkatan kejadian banjir diungkapkan Sutopo Purwo Nugroho yang juga Kepala Biro Data dan Humas BNPB. Bencana hidrometeorologi mendominasi kejadian di dunia sejak 1910. Data 2009 menunjukkan, bencana itu mencapai 76,4 persen (8.849 kejadian). Kenaikan secara eksponensial mulai terlihat pada kurun waktu 1970-an.
 
Korban tewas akibat bencana di seluruh dunia dalam kurun waktu 1900-2009, menurut Centre for Research on the Epidemiology of Disasters di Belgia, tergolong terbanyak, yaitu 650.000 orang lebih (hampir 48 persen).
 
Bencana hidrometeorologi meliputi banjir, kekeringan, tanah longsor, dan puting beliung. Banjir tergolong terbanyak menyebabkan jumlah kejadian dan kerugian serta korban yang mengungsi. (YUN)


Post Date : 28 Desember 2011