Obat Gratis Sulit Didapat

Sumber:Kompas - 07 Februari 2007
Kategori:Sanitasi
Jakarta, kompas - Meskipun pemerintah sudah menyediakan pengobatan gratis bagi pengungsi korban banjir, ternyata bantuan itu cukup sulit diakses oleh sebagian korban. Hal itu karena jauhnya pos dan pusat pelayanan kesehatan dari tempat penampungan pengungsi.

"Padahal kami sudah tidak punya apa-apa lagi. Rumah sudah terendam, pakaian tinggal di badan. Makanan tidak punya. Obat gratis pun sulit dijangkau," ungkap Suwani (37) kepada wartawan di sela-sela kunjungan Ny Rini Sutiyoso ke kantor Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (6/2).

Suwani tinggal di Marunda Pulo yang berjarak sekitar tiga kilometer dari kantor lurah. "Untuk mendapatkan obat gratis ini, saya harus naik ojek, dengan ongkos Rp 10.000 sekali jalan. Kalau ongkos ojek lebih mahal dibandingkan obat gratis, ya, sama saja bohong," kata dia.

Terserang penyakit

Di beberapa lokasi banjir, posko pengobatan dan tenaga paramedis yang dilibatkan sangat terbatas. Hal itu tidak sebanding dengan tuntutan warga mendapatkan pelayanan kesehatan di tengah serangan penyakit ketika banjir.

Sarmilah (30), warga Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Selasa, mengatakan, sejak banjir Jumat lalu, ia dan keluarganya sudah mengungsi dan memindahkan keluarganya ke tenda terpal di atas rel kereta api depan rumahnya. Ia dan keluarganya mulai batuk-batuk dan gatal-gatal.

Yenti Fatma, perawat dari Puskesmas Cengkareng yang ditempatkan di posko RT 3 RW 8 Kelurahan Kedaung Kali Angke, mengatakan, ia ditugaskan di setiap posko untuk menangani pengungsi yang sakit.

Dalam setengah hari saja, sekitar 300 warga yang tinggal di bantaran rel kereta api Kelurahan Kembangan, Kecamatan Cengkareng, memeriksakan keluhan kesehatan yang mereka alami. Keluhan tersebut, kata Yenti, disebabkan oleh krisis air bersih yang melanda warga korban banjir.

Akibat krisis air bersih, cara hidup warga rentan terhadap gangguan penyakit karena cara hidup yang kurang bersih. "Bagi korban banjir yang mengalami sakit di luar kemampuan kami, kami merujuk ke puskesmas yang melayani warga selama 24 jam penuh," tutur Yenti.

Ratusan balita

Selasa kemarin, ratusan anak-anak berumur di bawah lima tahun (balita) di Jakarta Barat terserang diare, beberapa di antaranya mengalami dehidrasi dan harus dirawat di rumah sakit. Selain diare, para balita juga terserang demam tinggi dan batuk pilek.

Di RW 8 Kelurahan Kedoya Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, puluhan balita yang terserang diare belum mendapat pengobatan. (WIN/cal/hln/ndy)



Post Date : 07 Februari 2007