Pascabanjir, Diare Merajalela

Sumber:Koran Tempo - 12 Februari 2007
Kategori:Sanitasi
JAKARTA -- Pascabanjir, jumlah penderita penyakit diare memecahkan rekor. Dinas Kesehatan mencatat sedikitnya 498 orang dirawat karena diare dan 4 orang akibat penyakit leptospirosis (yang disebabkan kencing tikus).

"Penderita diare yang paling banyak dirawat di Rumah Sakit Koja, sebanyak 170 orang," ujar Salimar Salim, Wakil Kepala Dinas Kesehatan, kemarin. Penderita leptospirosis dirawat di dua rumah sakit, yakni Rumah Sakit Cengkareng dan Tarakan.

Menurut dia, penyebab diare adalah sanitasi yang buruk di tempat pengungsian, banyaknya warga yang minum air tanpa dimasak, dan menumpuknya sampah akibat banjir.

Untuk mengantisipasinya, Dinas Kesehatan akan membersihkan lingkungan permukiman dengan menyemprotkan cairan pembunuh kuman dan memberikan bubuk penjernih air.

"Kami juga mengimbau para dokter segera memberi antibiotik kepada pasien demam. Sebab, antibiotik dapat mencegah diare," ujarnya.

Dari Rumah Sakit Umum Daerah Koja dilaporkan, Faiz, bayi berusia 5 bulan, meninggal akibat diare. Sebelumnya, dua pasien meninggal karena kasus serupa, yaitu Mia, 6 bulan, dan Mario, 6 bulan.

Subakis, 42 tahun, ayah Faiz, mengatakan putra keduanya sudah empat hari menderita diare dan demam tinggi. Faiz sempat dibawa ke klinik, tapi karena kambuh lagi, dia dibawa ke Rumah Sakit Koja. "Baru sehari di sana, dia meninggal," kata warga Rawa Badak, Koja, yang rumahnya kebanjiran itu.

Dokter Hermansyah mengatakan penyebab meninggalnya Faiz adalah kekurangan cairan berat. Menurut dia, pascabanjir ini, jumlah penderita diare melonjak. Kemarin tercatat 270 orang, sehari sebelumnya, ada 250 pasien penderita diare.

Berdasarkan pemantauan Tempo di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Koja, terdapat 16 tempat tidur yang semuanya terisi penuh. Belasan pasien yang tak kebagian tempat terpaksa menunggu di luar. Pasien balita pun digendong orang tua mereka.

Ruang kelas III di lantai 4, yang menampung pasien diare, juga penuh. Puluhan pasien pun tidur di veldbed yang ada di selasar. Hermanysah mengatakan, "Mulai hari ini, kami tak bisa lagi menampung pasien baru." Pasien baru dirujuk ke Rumah Sakit Atmajaya, Pluit.

Lonjakan jumlah pasien diare juga terjadi di Rumah Sakit Tarakan, Jakarta Pusat. Sampai kemarin, jumlah pasien tercatat 138 orang. Sebanyak 123 orang di antaranya penderita diare, 34 orang penderita demam berdarah dengue, dan 2 orang penderita leptospirosis.

Endah Cipta, suster di rumah sakit itu, mengatakan jumlah pasien di rumah sakit tersebut sudah melebihi kapasitas. Sebanyak 49 pasien terpaksa ditempatkan di selasar.

Kepala Seksi Rawat I Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Sanjoyo mengakui pihaknya kewalahan menangani pasien korban banjir. Mereka berkeras bertahan di rumah sakit, meski sudah diizinkan pulang.

"Mereka betah di sini. Sebab, selain mendapat pengobatan gratis, makan gratis, mereka sering mendapat bantuan uang dari donatur," ujarnya. Tapi sebagian lainnya bertahan karena rumah mereka masih terendam. FERY FIRMANSYAH | RAFLY WIBOWO | MUSTAFA MOSES



Post Date : 12 Februari 2007