Pascaerupsi, Masihkah Layak?

Sumber:Kompas - 28 Januari 2011
Kategori:Air Minum

Dari tepi Kali Kuning, Dusun Kinahrejo, Sleman, DI Yogyakarta, kedahsyatan letusan Gunung Merapi meninggalkan jejak begitu nyata. Segara pasir dan tumpukan batu vulkanik membentang di alur yang dulunya aliran sungai.

asar sungai pun kini hanya berjarak kurang dari satu meter dari bibir. Dari sebelah barat, orang bahkan bisa berlari turun dari punggung bukit dengan leluasa hingga ke dasar sungai. Bukit yang dulunya hijau rapat tertutup vegetasi, sekarang gundul.

Material vulkanik telah menutup sebagian besar aliran sungai yang berhulu di Merapi. Sejumlah mata air yang oleh warga setempat disebut umbul dan tuk juga hancur tertutup material vulkanik. Umbul Wadon, mata air utama di punggung Merapi yang dipercaya alirannya bahkan hingga ke wilayah Gunung Kidul, termasuk yang rusak.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat sekitar 125.000 jiwa penduduk terancam krisis air bersih, khususnya di wilayah Kabupaten Sleman. Dampak terbesar terutama akibat kerusakan Umbul Wadon dan Umbul Bebeng. Keduanya adalah sumber utama pemasok perusahaan daerah air minum maupun sistem pengolahan air sederhana (sipas). Sipas adalah sistem perpipaan air minum komunal yang memanfaatkan sumber air gunung yang mengalir secara gravitasi. Letusan Merapi merusak 131 unit sipas. Setiap unit melayani 300-500 penduduk.

Ketersediaan air bersih jadi masalah krusial pascaerupsi Merapi. Anto, staf posko sanitasi air Palang Merah Indonesia di Desa Turi, Kecamatan Pakem, Sleman, mengatakan, mereka rata-rata memasok 350.000 liter air bersih layak minum setiap hari untuk warga. Aktivitas itu justru bakal meningkat setelah masa tanggap darurat lewat. ”Sekarang kami memasok untuk 1.500 keluarga. Setelah hunian sementara selesai dibangun, ada 4.000 keluarga yang harus mendapat air bersih,” kata Anto.

Kepala Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada (UGM) Junun Sartohadi mengatakan, endapan material vulkanik Merapi mengandung logam berat yang bisa membahayakan kesehatan. ”Logam berat ini jika masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya tertimbun di dalam organ yang penting. Demi keamanan, mata air di sekitar puncak Merapi tidak digunakan sebagai air minum, tetapi bisa dipakai untuk mandi, cuci, atau mengairi sawah,” jelas Junun.

Mengacu pada hasil penelitian geolog Fiantis pascaletusan Merapi tahun 2006 yang dimuat dalam Journal of Mount Science (2009), material vulkanik mengandung berbagai senyawa oksida dan logam berat. Dalam artikel Chemical Weathering of New Pyroclastic Deposits from Mount Merapi, material vulkanik Merapi antara lain mengandung silika dalam bentuk SiO2 dan logam berat seperti arsen, plumbum, dan strontium.

Sulistyono, aktivis Yayasan Kanopi di Yogyakarta, mengemukakan, unsur silika dan arsen ditemukan dalam sampel air yang dicuplik dari lokasi mata air di Dusun Turgo dan Desa Argo Mulyo, Sleman. Dua mata air di Turgo selamat dari dampak letusan Merapi meskipun debit airnya berkurang. Lokasi mata air itu persis di bukit di tepi Kali Boyong. Dalam sampel yang diambil akhir November 2010, didapati kadar silika 5.6995-5.9813 miligram per liter. Sedangkan kadar arsen dari kedua lokasi yang disampel menurut uji lab Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Yogyakarta kurang dari 0,0085 miligram per liter.

Musimin, Ketua RT 1 RW 2 Dusun Turgo, Kelurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, menyatakan telah membawa hasil analisis sampel air yang menunjukkan kandungan silika dan arsen ke petugas kelurahan. Sebagai tindakan antisipatif, Musimin menyarankan warga menyaring dan membiarkan air mengendap semalam. ”Saya juga mengingatkan mereka tidak minum langsung air keran meskipun terlihat bening,” ujarnya.

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, untuk menjamin kelayakan air yang dikonsumsi warga, Balai Teknis Kesehatan Lingkungan Yogyakarta terus memonitor kondisi air di kawasan seputar Merapi. Mereka mengambil sampel air dari beberapa posko pengungsian dan sungai di wilayah itu untuk mencegah masyarakat, terutama pengungsi, terpapar penyakit menular seperti diare dan memastikan kualitas dan kondisi air minum. (DOT/JOS)



Post Date : 28 Januari 2011