Pemanasan Global Percepat Mutasi Virus

Sumber:Suara Pembaruan - 01 Desember 2007
Kategori:Climate
[JAKARTA] Perubahan iklim dan cuaca, ternyata mengakibatkan proses mutasi sejumlah jenis virus menjadi lebih cepat. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa, di antara dua benua dan dua samudera, maka paling rentan terkena dampak dari perubahan iklim dan cuaca.

Pemanasan global mengakibatkan perubahan jalannya evolusi flora dan fauna, yaitu memudahkan kuman bertumbuh dan mutasi. Misalnya pada 1981, kasus pertama epidemi AIDS mutasi retrovirus yang menyerang simpanse ditemukan.

Bahkan, dua dekade berikutnya, corona-virus yang baru menyebabkan pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) pada 2003. Setelah itu, muncul kasus hebat di kawasan Asia, Eropa dan Amerika Latin, yakni flu burung.

Karena itu, para peneliti kini tengah mewaspadai akibat pemanasan global dan perubahan iklim berakibat pada mutasi virus HIV/AIDS membuat para korban lebih berat menanggung beban penyakitnya.

Direktur Pusat Riset dan Kebijakan Penyakit Menular University of Michigan, Michael Salomon seperti dilansir kantor berita AP, Jumat (30/11), sebenarnya, lokasi sejumlah negara di Asia Tenggara tepat berada di antara dua benua, burung-burung dari dulu biasa singgah di sana. Angsa liar biasa singgah lalu terbang lagi.

Dulu burung-burung itu, singgah di rawa-rawa. Tetapi, rawa-rawa kini sudah jadi permukiman, akibatnya, mereka kekurangan lahan dan singgah lebih dekat ke permukiman, kemudian menulari unggas yang biasa dipelihara, sehingga muncullah wabah flu burung.

Pertama ditemukan di Tiongkok, Hongkong, Singapura, Thailand dan kini meluas di Indonesia. Kami kini khawatir akibat pemanasan global penyebaran virus HIV/AIDS kepada para korban menjadi lebih cepat.

Menurut dia, secara ekologi, ada evolusi dan mutasi virus menjadi lebih cepat. Karena itu, semua negara bersiap dan berkepentingan membuat vaksin. Strain virus flu burung Indonesia kebetulan paling lengkap dibandingkan yang ada di negara lain. Dulu, ada penyakit yang tidak mungkin tertular ke manusia, di masa depan akan mutasi juga seperti zoonosis.

Selain itu, lanjutnya, globalisasi transportasi juga menyumbang migrasi penduduk lintas benua sekaligus membawa penumpang gelap, yakni tikus, nyamuk, dan serangga lainnya, termasuk kuman penyakit. Dengan demikian, selain transportasi menggeliatkan sektor ekonomi, di sisi lain arus penyakit menyebar ke semua negara.

Di Indonesia

Di Indonesia, jumlah penderita HIV/AIDS yang telah terdeteksi saat ini baru sekitar 15 ribu orang dari 189 ribu penderita positif yang diperkirakan. "Sistem pendeteksian penderita HIV/AIDS di Indonesia memang masih lemah," kata pendiri Yayasan Pelita Ilmu, lembaga swadaya masyarakat yang mengurus masalah HIV/AIDS, Zubairi Zoerban di Jakarta, Jumat.

Penderita yang belum terdeteksi ini, kata dia, berpotensi memperluas penyebaran HIV. Misalnya ibu yang positif HIV bisa menularkan virus itu kepada anaknya. Penanganan pada penderita HIV/ AIDS pun menjadi terlambat. "Kalau penderita terdeteksi lebih cepat, pengobatan bisa segera diberikan dan virus dapat ditekan," katanya.

Belum banyaknya penderita HIV/ AIDS yang terdeteksi ini, kata dia, juga disebabkan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat masih cenderung melindungi penderita. Seharusnya semua pihak menjemput bola, jangan hanya menunggu. Indonesia, perlu belajar kepada Amerika dan Botswana.

Di dua negara ini, perhatian yang diberikan pemerintah atas pendeteksian HIV/AIDS sangat tinggi. Amerika mewajibkan pasien yang datang ke rumah sakit menjalani tes HIV. Sedangkan Botswana mewajibkan seluruh penduduknya menjalani tes.

Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Departemen Kesehatan melaporkan, pengidap HIV dan Kasus AIDS hingga 30 September 2007, angka kumulatif pengidap infeksi HIV mencapai 6.987 orang, sedangkan pengidap AIDS sebesar 5.904 orang. Hasil estimasi populasi rawan tertular HIV tahun 2006 adalah 193.000. [E-5]



Post Date : 01 Desember 2007