Pembuang Limbah Tak Merasa Salah

Sumber:Kompas - 26 November 2011
Kategori:Air Limbah
Bandung, Kompas - Para pembuang limbah ke sungai, terutama pabrik, tidak merasa bersalah telah melakukan kejahatan lingkungan karena mereka cenderung menyelesaikannya dengan uang. Mereka lebih memilih kongkalikong dengan oknum tertentu ketimbang membuat instalasi pengolahan air limbah untuk menyelamatkan sungai.
 
Hal itu dikatakan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan saat membuka Green Festival (GF) di Monumen Perjuangan Jawa Barat di Bandung, Jumat (25/11). GF yang diselenggarakan Green Initiative Forum ini merupakan yang keempat kali dan digelar di tiga kota, yakni Bandung (24-26 November), Jakarta (1-4 Desember di Bentara Budaya Jakarta), dan Surabaya (9-11 Desember di Grand City Mall).
 
Contoh pembuangan limbah baik domestik maupun industri secara masif sudah berlangsung berpuluh tahun di Sungai Citarum, sungai sepanjang 269 kilometer yang mengalir dari Bandung Selatan hingga Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Di sekitar aliran Citarum ada 680 industri tekstil, tapi hanya 10 persen menggunakan instalasi pengolahan air limbah bagi pembuangan limbah pabriknya.
 
Kalau dikaitkan dengan agama, itu dosa besar. Jangankan membuang limbah, membuang air kecil di air yang mengalir dan tergenang, menurut Heryawan, tidak dibolehkan. Apalagi membuang hajat besar dan limbah yang mencemari perairan umum. Karena dosa besar itu bisa dibereskan dengan uang, pembuang limbah itu tak merasa berdosa. ”Padahal, tidak mengurus lingkungan saja sudah tergolong kejahatan, apalagi dengan merusaknya, itu adalah kejahatan lingkungan yang besar,” katanya.
 
Ketua Pelaksana Program Green Festival 2011 Nugroho F Yudho menjelaskan, tema tahun ini adalah gaya hidupku untuk bumi. Kampanye ini sekaligus mengajak masyarakat menjadikan kegiatan mengurangi efek pemanasan global sebagai bagian dari gaya hidup sehari-hari. Perusahaan yang terlibat, PT (Persero) Pertamina, PT Tirta Investama (Danone-Aqua), APP, Tupperware, Kompas, Metro TV, dan jaringan Delta Female Indonesia.
 
Pemanasan global terjadi karena terperangkapnya panas matahari di atmosfer yang mengandung sejumlah gas (gas rumah kaca) secara berlebihan. Emisi gas rumah kaca terjadi akibat ulah manusia.
 
Green Festival menampilkan fakta tentang pemanasan global dan solusi yang disampaikan secara sederhana dan menyenangkan, tetapi edukatif sehingga bisa dilakukan masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Karena penyelenggaraannya berlangsung di tiga kota, baik materi maupun cara penyampaiannya pun dilengkapi dengan data dan fakta lokal. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Jawa Barat, misalnya, memaparkan masalah Sungai Citarum. (dmu)


Post Date : 26 November 2011