Pemerintah Harus Jamin Ketersediaan Air Bersih

Sumber:Sinar Harapan - 22 Maret 2010
Kategori:Hari Air Sedunia 2010

Jakarta - Jakarta merupakan kota terparah di dunia dalam hal ketersediaan air bersih kepada warganya. Dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta, tidak ada satu pun yang bisa dikonsumsi sebagai air bersih.

Satu-satunya sumber air bersih di Jakarta adalah Waduk Jati Luhur. Oleh karena itu, pemerintah harus segera melakukan langkah-langkah demi menjamin ketersediaan air bersih, tidak hanya bagi warga Jakarta, tapi juga seluruh bangsa Indonesia. 

Demikian dikatakan National Coordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KruHA) Hamong Santono ketika dihubungi SH, di Jakarta, Senin (22/3) pagi, terkait peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada hari ini.

Ia mengatakan, setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan pemerintah dalam rangka penyediaan air bersih. Pertama, pemerintah harus memperbaiki koordinasi pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Menurut Hamong, di Indonesia banyak sekali kementerian yang terkait dengan air, yang mengurus mulai dari pembangunan infrastruktur air, konservasi, hingga tarif, tapi tidak pernah duduk bersama. Misalnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pertanian. 

“Indikasi kita, di sini ada persoalan proyek dan ego sektoral. Sekarang sudah saatnya mereka bicara bersama untuk menciptakan sumber daya air yang baik di Indonesia,” tandas Hamong.

Kedua, masalah yang paling di Indonesia adalah maraknya privatisasi dan eksploitasi air yang menjurus pada komersialisasi air. Hamong menyebutkan, perusahaan air minum kemasan, seperti Aqua Danone, telah mengeksploitasi sumber air masyarakat. Kalau dahulu masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan akses terhadap air, kini mereka kehilangan akses karena lahan sumber air dipagari.

Persoalan ini, kata Hamong, harus segera dipecahkan. Menurutnya, privatisasi air tidak sepenuhnya efektif. Faktanya, menarik perusahaan swasta tidak gampang, terutama dalam bisnis penyediaan air minum dan sanitasi. Dari tahun 1990-an hingga saat ini, kurang dari 30 proyek swasta yang bergerak di bidang penyediaan air bersih. Itu pun hanya ada di kota-kota besar, kawasan industri, ataupun kompleks perumahan mewah.

Sementara itu, ratusan juta orang Indonesia lainnya justru lebih banyak tinggal di pedesaan, di mana pihak swasta enggan masuk ke sana karena rendahnya daya beli. “Dalam hal ini, negara harus intervensi. Anggaran untuk air bersih harus diperbesar. Sekarang, cuma Rp 3 triliun. Padahal kebutuhan penyediaan air bersih yang ideal bisa memcapai Rp 8-9 triliun per tahun,” papar Hamong.

Jaga Air


Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Ban Ki-moon mengajak agar semua umat manusia di dunia selalu menjaga dan mengelola air secara berkesinambungan demi kerbelangsungan semua makhluk hidup di dunia. Seruan ini dikatakan Ban dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia.

Tahun ini, Hari Air Sedunia bertema “Air Bersih untuk Dunia yang Sehat”. Tema ini sengaja diangkat untuk mengingatkan bahwa kualitas maupun kuantitas sumber daya air kini dalam kondisi terancam.

“Lebih banyak orang yang meninggal akibat meminum air yang tidak bersih, dibandingkan yang meninggal karena kekerasan, termasuk perang. Kematian ini merupakan penghinaan terhadap kemanusiaan kita dan melemahkan upaya dari banyak negara dalam melakukan pembangunan,” sahut Sekjen PBB dalam pesan tertulisnya, seperti dikutip dari laman PBB, Senin (22/3).

Air merupakan sumber kehidupan dan sebagai penghubung dari seluruh umat manusia yang hidup di bumi. Sayangnya, sumber mata air kini makin hari makin terancam. Populasi manusia yang terus bertambah membutuhkan air untuk mengolah makanan, bahan mentah, dan energi yang terus menerus meningkat. Setiap hari, manusia membuang jutaan ton sampah dan limbah industri serta agrikultur ke dalam sistem air dunia. Akibatnya, air bersih menjadi sulit didapat dan akan semakin langka dengan adanya perubahan iklim. Kalau ini terjadi, penduduk miskin yang akan paling menderita akibat polusi, terbatasnya air, dan kurangnya sanitasi.

“Mari kita, seluruh umat manusia, menjaga dan mengelola air secara berkesinambungan bagi mereka yang miskin, lemah, dan semua kehidupan yang ada di bumi,” ujar Ban. DINA SASTI DAMAYANTI



Post Date : 22 Maret 2010