Pemilahan Tidak Berjalan

Sumber:Kompas - 27 Maret 2006
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Cimahi, Kompas -Masyarakat Kota Cimahi belum dapat membiasakan diri untuk memilah sampah yang mereka buang. Padahal, pemilahan sampah adalah salah satu usaha yang mendukung pembuatan kompos yang kini sedang digalakkan di Kota Cimahi.

Pengamatan pada hari Minggu (26/3), tempat sampah yang diperuntukkan untuk pemilahan sampah, yang tersebar di beberapa titik di Kota Cimahi, isinya bercampur baur. Kondisi ini terlihat di sepanjang Jalan Gandawijaya, Jalan Raya Cimahi dan Jalan Jenderal Gatot Subroto. Bahkan, di Jalan Pasantren terdapat tumpukan sampah di samping sepasang tempat sampah yang belum penuh terisi.

Wali Kota Cimahi, Itoc Tohija, mengimbau perlunya memilah sampah karena Kota Cimahi berencana menjadi kota kompos. Sebab, Kota Cimahi tidak dapat memperoleh lahan untuk membuang sampah.

Kota Cimahi menggunakan metode komposting untuk mengatasi permasalahan, namun hanya 30 persen dari sampah yang dihasilkan Kota Cimahi dapat diolah. Sisanya ditumpuk di beberapa tempat.

Plastik

Padahal, ada alternatif lain yang bisa dilakukan, yaitu mengolah sampah plastik yang bisa dijual dengan harga tinggi.

Menurut Triono, pekerja penggilingan plastik, usaha yang dia kerjakan sejak enam bulan terakhir memanfaatkan sampah plastik dari Kota Cimahi. "Di Kota Cimahi baru ada satu tempat, ada juga di Kabupaten Bandung. Sebenarnya kita juga membantu program pemerintah untuk mengurangi sampah," ucapnya.

Menurut Triono, mendapatkan keuntungan dari pengolahan sampah plastik terbuka luas. Banyak pabrik pengolahan terletak di sekeliling Kota Cimahi. Potongan plastik dari botol air minum kemasan bisa dijual dengan harga Rp 6.000 per kilogram.

Buang sembarangan

Di Kota Bandung kondisinya serupa. Beberapa daerah perbelanjaan seperi di Jalan Cihampelas dan Jalan Merdeka jarang ada tempat sampah. Masyarakat bebas membuang sampah sembarangan. "Kita sebenarnya mendukung program kebersihan kota. Tetapi, kalau tempah sampah saja tidak ada, mau membuang ke mana?" papar Cecep Rusli, penjual nasi timbel di Jalan Cihampelas.

Cecep menambahkan, kalau pemerintah menyediakan tempat sampah atau menganjurkan setiap toko membuat tempat sampah, tidak akan banyak sampah tercecer di jalan. Apalagi disertai sanksi bagi yang membuang sampah sembarangan.

Tukang sapu jalan dari PD Kebersihan Kota Bandung Uli (37) mengatakan, minimnya tempat sampah juga akibat ulah masyarakat. Tempat sampah yang disediakan PD Kebersihan Kota Bandung tidak pernah bertahan lama karena sering dicuri pemulung atau dibakar bersama sampahnya.

"Jadi kita yang capek menyapunya," keluh Eli sembari menyapu di depan Gedung Sate. (d07/d15)

Post Date : 27 Maret 2006